Asal Usul Danau Maninjau

Tuesday, March 13, 2012
Danau Maninjau adalah danau yang terletak di Kabupaten Agam Sumatera Barat.Danau ini adalah danau vulkanik yang memiliki luas lebih kurang 99 km2 dan kedalaman mencapai 495 meter. Menurut tambo, pada mulanya Danau Maninjau adalah gunung berapi diberi nama gunung Tinjau yang dipuncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Tapi menurut mereka, karena ulah manusia, gunung tersebut meletus dan membentuk sebuah danau yang luas.
Gunung Tinjau yang puncaknya terdapat kawah yang luas dan dikaki-kakinya terdapat perkampungan dengan mata pencarian bertani. Apalagi dekat gunung yang memiliki tanah yang sangat subur. Salah satu perkampungan tinggallah sepuluh orang bersaudara, sembilan orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang bungsu. Anak pertama bernama Kukuban dan anak bungsu bernama Sani. Orang tua mereka sudah lama meninggal dan mereka dibimbing oleh mamak (paman) mereka yang bernama Datuk Limbatang.

Datuk Limbatang seorang mamak kampung yang memiliki seorang putra bernama Giran. Suatu ketika Datuk Limbatang kerumah Bujang Sambilan bersama istri dan anaknya Giran. Disanalah Giran dan Sani saling jatuh hati. Sejak itu mereka saling menjalin hubungan kasih tanpa sepengetahuan lainnya, karena mereka takut akan timbul fitnah. 

Saat musim panen tiba, penduduk kampung memperoleh hasil yang melimpah, sehingga mereka dan pemuka adat mengadakan acara gelanggang adu ketangkasan bermain silat. Disana ikutlah Kukuban dan Giran, mereka memperoleh kesempatan untuk saling adu silat. Giran menang dan Kukuban kalah karena bermain curang, sehingga menyebabkan kakinya patah tulang. Hal ini membuat dendam Kukuban terhadap Giran.

Beberapa bulan kemudian Sani dan Giran semakin yakin bahwa mereka ingin melanjutkan hubungan yang sah dan diakui agama dan masyarakat. Bermaksud datanglah Giran dan kedua orangtuanya ke rumah bujang nan sambilan untuk meminang Sani. Hal ini tentu membuat bujang nan sambilan sangat senang dan menyetujui hubungan ini. Namun, tiba-tiba datanglah Kukuban yang menolak mentah-mentah hubungan tersebut. Hal ini dipicu karena dendamnya terhadap Giran saat pertandingan. Akhirnya perdebatan pun terjadi, namun Datuk Limbatang yang bijaksana tidak dapat memaksakan kehendak tersebut kepada Bujang Sambilan.
Berhari-hari kedua pasangan itu berpikir namun tidak menemukan jalan keluarnya. Sehingga mereka memutuskan untuk bertemu di suatu tempat. Mereka berunding di tepi sungai, saat Sani beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Sani jatuh dan sarungnya robek. Giran pun menolong Sani. Pada saat itu
tiba-tiba ada warga dan bujang nan sambilan memergoki mereka, dan menuduh mereka berbuat yang tidak pantas. Mereka melakukan pembelaan begitu juga dengan Datuk Limbatang, namun tidak berhasil. Akhirnya mereka dihukum dan dibuang ke kawah gunung Tinjau. 


Sebelum dibuang, mereka berdoa, "Ya Tuhan, Mohon dengar dan kabulkan doa kami, jika kami memang bersalah, hancurkanlah tubuh kami di dalam air kawah gunung yang panasini. Akan tetapi, jika kami tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan!"


Tiba-tiba Giran dan Sani melompat ke kawah dan beberapa saat kemudian gunung Tinjau pun bergetar dan meletus, semua orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bujang Sambilan pun menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang sangat luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Masyarakat menamakannya Danau Maninjau.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar