SETENGAH ISI SETENGAH KOSONG

Thursday, August 21, 2014
Saat saya duduk santai di ruangan sambil melihat sebuah gelas yang berisi air. Lalu teringat sebuah buku yang sudah pernah saya baca berulang-ulang sekitar empat tahun lalu yaitu “Setengah Isi Setengah Kosong”. Dan sekarang saya coba tulis kembali mengenai pelajaran apa yang ditulis oleh Parlindungan Marpaung. 


Menurut Anda jika melihat gelas kedua di atas, apa yang dapat Anda simpulkan? Apakah gelas tersebut berisi air setengahnya, atau kosong setengahnya atau ada hal lain? Semua tergantung cara pandang Anda yang berbeda antara satu dengan orang lainnya.

Mungkin saja ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi setengah air, dan ada yang bilang bahwa gelas tersebut kosong. Dan mungkin juga ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi penuh, yaitu setengah isi air dan setengahnya lagi berisi udara. Semua jawaban di atas adalah benar.

Kalau air dalam gelas tersebut dibuang semua, maka apa yang dapat lihat, apakah gelas itu berisi atau kosong. Nah mungkin ada yang berpendapat bahwa gelas itu adalah kosong dan ada juga yang berpendapat bahwa gelas tersebut berisi penuh dengan udara. Tidak ada yang salah dari kedua jawaban tersebut. Namun bila dilihat dari sisi lain, hal ini berkaitan dengan bagaimana cara pandang kita terhadap hal-hal yang kita temui atau kita hadapi.

Jika kita anggap bahwa berisi adalah cara pandang positif dan kosong adalah cara pandang negatif. Namun keduanya akan berguna jika kita mampu menyeimbangkannya. Seperti saat kita merancang sebuah bisnis, kita harus mampu melihat sisi positif jika bisnis tersebut dijalankan, namun kita tidak bisa menghindar dari sisi negatif yang akan terjadi yaitu resiko jika kita gagal dalam menjalankan bisnis tersebut.

Kualitas hidup kita akan berkaitan dengan cara pandang kita dalam memaknai hidup  dan hal-hal yang kita jumpai. Sudah rahasia umum bahwa hidup akan banyak menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan hal alami bahwa pikiran negatiflah yang pertama kali muncul dalam menanggapinya. Namun kita harus mampu menekannya dengan pikiran positif, sehingga apa yang kita temui tersebut dapat diterima atau pun dirobah menjadi baik dengan cara yang baik.

Kita diberi akal dan hati untuk berpikir dan hidup dengan positif. Berpikir lebih luas dengan cara melihat sesuatu dari berbagai aspek sudut pandang akan membuat kita lebih hebat, cerdas, dan terbuka, sehingga kita mampu menempatkan diri kita dan mengembangkan diri kita sesuai kemampuan. Kita pun akan mampu memotivasi dan menjadikan diri kita positif untuk menjalani hidup.

Dalam pandangan bahwa gelas berisi kosong berarti kita memandang negatif terhadap suatu hal, namun jangan sampai berlarut-larut hingga kita pun ikut mempengaruhi orang lain. Kita harus mampu mengisi kekosongan tersebut agar terisi penuh, berarti kita harus mampu melihat dari sisi positif hal yang sebelumnya kita anggap negatif. Alangkah buruknya jika kita masih bersikeras dengan pendapat kita yang sudah jelas salah, dan berusaha membenarkannya. Sehingga kadang orang pun beranggapan negatif bahwa kita tidak tahu apa-apa (sok tahu). Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana kita menghargai sesuatu hal, menghargai orang lain, menghargai pikiran dan akal kita untuk melihat positif.

Kualitas kerja kita, kualitas hidup kita tergantung bagaimana cara pandang kita dalam kehidupan. Orang yang memiliki cara pandang hidup positif adalah orang yang selalu melakukan lebih dari yang diminta dan memiliki watak pekerja yang cerdas, dan dia akan mampu mengenali kompetensi dan kualitas dirinya sehingga tahu dimana akan berkembang.

Begitu indahnya jika kita mampu memanfaatkan nikmat akal kita kepada hal-hal positif dengan cara pandang positif.

By MEYF



Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar