|
Jam Gadang Malam Hari |
|
Jam Gadang Siang Hari |
Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata di Sumatera Barat
dan juga kembaran dari Negeri Sembilan Malaysia. Salah satu objek wisata di
Bukittinggi adalah Jam Gadang (Jam besar). Jam Gadang terletak di pusat kota
Bukittinggi yaitu Pasa Ateh (Pasar Atas) Bukittinggi. Jam Gadang merupakan
menara jam dengan tinggi 26 meter dan ukuran dasar sekitar 13 x 4 m2.
Memiliki empat jam dengan diameter masing-masing 80 cm di bagian paling atas
menara. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda. Jam Gadang digerakkan secara mekanik oleh mesin yang
hanya dibuat dua unit di dunia yaitu Jam Gadang dan Big Ben di London Inggris.
|
Lonceng / Bandul Jam Gadang |
Jam Gadang terdiri dari beberapa tingkat dan paling atas
sebagai tempat penyimpanan bandul. Saat gempa di tahun 2007, bandul tersebut
patah dan harus diganti. Pada bagian Lonceng tertulis pabrik pembuat jam yaitu
Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama pembuat jam yaitu Benhard Vortman dan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang memproduksi mesin jam di
tahun 1982.
|
Angka IIII pada Jam Gadang |
Ada keunikan dari Jam Gadang yaitu bahan membuat menara tanpa
campuran besi atau pun semen, namun hanya campuran kapur, putih telur dan pasir
Putih. Tulisan angka pada jam terdapat kesalahan yaitu angka Romawi IV ditulis
IIII.
|
Dalam Jam Gadang |
Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah Ratu
Belanda kepada Rook Maker sekretaris Fort De Cock pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda. Jam Gadang di rancang oleh Yazin Sutan Gigi Ameh dan peletakan
batu pertama oleh putra pertama Rook Maker yang masih berusia 6 tahun. Jam
Gadang sebagai penanda dan titik nol kota Bukittinggi.
Bentuk Jam Gadang
memiliki tiga kali perubahan pada atapnya, pertama saat pendudukan pemerintahan
Hindia-Belanda atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke
arah timur di atasnya. Kemudian saat pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk
klenteng dan terakhir setelah Indonesia merdeka diubah menjadi bentuk gonjong
atau atap pada rumah adat tradisional Minangkabau.
|
Atap Bulat Zaman Pendudukan Belanda |
|
Atap Klenteng Zaman pendudukan Jepang |
Sekarang Jam Gadang dijadikan sebagai objek wisata dan memiliki taman di sekitarnya yang dilengkapi oleh badut-badut yang menghibur pengunjung sekitar Jam Gadang. Biasanya acara-acara bersifat umum diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini. Jika pengunjung ingin menaiki puncak Jam Gadang harus membayarkan sejumlah uang, dan dari atas akan terlihat keindahan kota Bukittinggi, panorama dan ngarai Sianok.
Share this :
0 Komentar