Saat saya duduk santai di ruangan sambil melihat sebuah gelas
yang berisi air. Lalu teringat sebuah buku yang sudah pernah saya baca
berulang-ulang sekitar empat tahun lalu yaitu “Setengah Isi Setengah Kosong”. Dan
sekarang saya coba tulis kembali mengenai pelajaran apa yang ditulis oleh Parlindungan Marpaung.
Menurut Anda jika melihat gelas kedua di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan? Apakah gelas tersebut berisi air setengahnya, atau kosong setengahnya
atau ada hal lain? Semua tergantung cara pandang Anda yang berbeda antara satu
dengan orang lainnya.
Mungkin saja ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi
setengah air, dan ada yang bilang bahwa gelas tersebut kosong. Dan mungkin juga
ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi penuh, yaitu setengah isi air dan
setengahnya lagi berisi udara. Semua jawaban di atas adalah benar.
Kalau air dalam gelas tersebut dibuang semua, maka apa yang
dapat lihat, apakah gelas itu berisi atau kosong. Nah mungkin ada yang
berpendapat bahwa gelas itu adalah kosong dan ada juga yang berpendapat bahwa
gelas tersebut berisi penuh dengan udara. Tidak ada yang salah dari kedua
jawaban tersebut. Namun bila dilihat dari sisi lain, hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara pandang kita terhadap hal-hal yang kita temui atau kita hadapi.
Jika kita anggap bahwa berisi adalah cara pandang positif dan
kosong adalah cara pandang negatif. Namun keduanya akan berguna jika kita mampu
menyeimbangkannya. Seperti saat kita merancang sebuah bisnis, kita harus mampu
melihat sisi positif jika bisnis tersebut dijalankan, namun kita tidak bisa
menghindar dari sisi negatif yang akan terjadi yaitu resiko jika kita gagal
dalam menjalankan bisnis tersebut.
Kualitas hidup kita akan berkaitan dengan cara pandang kita
dalam memaknai hidup dan hal-hal yang
kita jumpai. Sudah rahasia umum bahwa hidup akan banyak menemui hal-hal yang
tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan hal alami bahwa pikiran negatiflah
yang pertama kali muncul dalam menanggapinya. Namun kita harus mampu menekannya
dengan pikiran positif, sehingga apa yang kita temui tersebut dapat diterima atau
pun dirobah menjadi baik dengan cara yang baik.
Kita diberi akal dan hati untuk berpikir dan hidup dengan
positif. Berpikir lebih luas dengan cara melihat sesuatu dari berbagai aspek
sudut pandang akan membuat kita lebih hebat, cerdas, dan terbuka, sehingga kita
mampu menempatkan diri kita dan mengembangkan diri kita sesuai kemampuan. Kita
pun akan mampu memotivasi dan menjadikan diri kita positif untuk menjalani
hidup.
Dalam pandangan bahwa gelas berisi kosong berarti kita
memandang negatif terhadap suatu hal, namun jangan sampai berlarut-larut hingga
kita pun ikut mempengaruhi orang lain. Kita harus mampu mengisi kekosongan
tersebut agar terisi penuh, berarti kita harus mampu melihat dari sisi positif
hal yang sebelumnya kita anggap negatif. Alangkah buruknya jika kita masih
bersikeras dengan pendapat kita yang sudah jelas salah, dan berusaha
membenarkannya. Sehingga kadang orang pun beranggapan negatif bahwa kita tidak
tahu apa-apa (sok tahu). Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana kita
menghargai sesuatu hal, menghargai orang lain, menghargai pikiran dan akal kita
untuk melihat positif.
Kualitas kerja kita, kualitas hidup kita tergantung bagaimana
cara pandang kita dalam kehidupan. Orang yang memiliki cara pandang hidup
positif adalah orang yang selalu melakukan lebih dari yang diminta dan memiliki
watak pekerja yang cerdas, dan dia akan mampu mengenali kompetensi dan
kualitas dirinya sehingga tahu dimana akan berkembang.
Begitu indahnya jika kita mampu memanfaatkan nikmat akal kita
kepada hal-hal positif dengan cara pandang positif.
By MEYF