MAHASISWA vs SISWA

Thursday, June 19, 2014

Saat saya berada diruangan kelas sambil sharing dan bertukar pikiran dengan mahasiswa, saya bertanya apa tujuan mereka mengikuti perkuliahan. Apakah hanya ikut-ikutan karena orang lain kuliah, apakah hanya untuk mendapatkan gelar, atau untuk memperoleh banyak teman atau hal lain. Berbagai alasan yang mereka lontarkan. Namun yang selalu penting diingat adalah mengubah mindset atau pola pikir yang hanya biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Dengan mengikuti perkuliahan berarti status siswa berubah menjadi status mahasiswa, dimana level mahasiswa adalah paling tinggi dari pelajar lainnya. Dalam artian ilmu, cara belajar dan pola pikir pun memiliki tingkatan yang tinggi dibandingkan siswa.

Pada umumnya di Indonesia, siswa terbiasa dengan hal yang manja, selalu menerima dan menunggu apa yang disampaikan pengajar. Apa yang diajarkan pengajar selalu benar dimata siswa. Jarang ada siswa yang berani mengungkapkan ide mereka untuk sharing mengenai materi pelajaran yang mereka ikuti. Lain halnya mahasiswa, seharusnya mahasiswa adalah orang yang mampu untuk lebih mandiri, tidak hanya menerima apa yang diajarkan oleh pengajarnya, namun dia juga mencari tahu kebenaran apa yang diajarkan oleh pengajarnya. Tidak sepantasnya mahasiswa bertindak seperti siswa sekolah yang hanya menerima mentah tanpa menganalisa atau pun mencari kebenaran lainnya mengenai materi yang diajarkan oleh pengajarnya. Dan tidak tertutup kemungkinan mahasiswa lebih unggul daripada pengajarnya. Dilain hal, pengajar di perguruan tinggi pun sangat berbeda dengan pengajar di sekolah. Pengajar di perguruan tinggi bertindak sebagai pengajar, motivator dan fasilitator yang mendorong dan memberikan semangat serta mengarahkan mahasiswanya untuk menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu dan benar.

Dalam hal perkuliahan tidak tertutup kemungkinan mahasiwa lebih hebat daripada pengajarnya, dan bagi pengajar hal tersebut bukan hal yang memalukan bagi dirinya sendiri namun merupakan hal yang luar biasa dan membanggakan karena dapat bergabung dan sharing dengan mahasiswa yang cerdas dan mandiri. Mandiri bukan berarti harus pintar, dan pintar belum tentu cerdas. Mahasiswa yang cerdas dan mandiri bukan berarti mahasiswa yang selalu memperoleh nilai IPK 4.00, namun dia adalah mahasiswa yang cerdas dalam memanfaatkan waktu dan situasi untuk memaksimalkan kemampuannya dalam belajar. IPK 4.00 hanyalah hadiah dari kecerdasan dan kemandirian mereka dalam mengikuti perkuliahan.

Sebelum memulai perkuliahan, hendaknya membaca sekilas materi yang pernah diajarkan dan mencari informasi lain melalui internet atau pun buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Pengajar pasti menyarankan untuk menggunakan sebuah buku pedoman dalam mengikuti pelajaran yang diajarkannya, namun tidak ada salahnya memiliki buku lainnya, jurnal, atau pun artikel yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Satu buku memberikan sejuta ide, apalagi lebih dari satu buku tentunya banyak ide yang dapat diperoleh, dan bahkan ide-ide tersebut lebih unggul daripada pengajar. Apakah tidak ada keinginan berargumen dan berdebat hal baru mengenai materi yang dipelajari dengan pengajar. Tentu suasana kelas akan lebih hangat dan lebih menarik dalam pembahasan dan pemahaman materi tersebut. 

Bagi saya pengajar dan mahasiwa adalah satu kesatuan yang memiliki aktivitas selalu belajar dan mengajar. Tidak hanya mahasiswa yang belajar namun pengajar pun juga belajar baik dalam hal materi yang akan disampaikan, belajar bagaimana memberikan dukungan dan motivasi mahasiswa serta belajar bagaimana menciptakan dan mengajak mahasiswa menjadi mahasiswa yang mandiri dan cerdas. Tidak hanya pengajar yang mengajar namun mahasiswa pun juga mengajarkan bagaimana pengajar mampu menjadi motivator dan fasilitator bagi mereka. Bahkan mahasiswa mampu memberikan ilmu yang mungkin pengajarnya belum mengetahui ilmu tersebut sebelumnya.

Suatu saat cara belajar tersebut mungkin sudah tidak pantas lagi untuk digunakan, apalagi teknologi dan informasi yang setiap detik selalu berubah dan memiliki banyak terobosan dalam menyediakan informasi. Mungkin perkuliahan hanya lewat online dan bertatap muka dengan pengajar menggunakan Skype atau Video Call yang sudah tentu memaksa Anda untuk siap menjadi mahasiswa yang cerdas dan mandiri agar mampu mengikuti keadaan yang semakin canggih ini.


Tidak ada diskriminasi untuk mahasiswa mandiri dan cerdas dalam hal perguruan tinggi, dimanapun Anda kuliah, seperti apapun perguruan tinggi Anda, jika ada kemauan dan keinginan serta tindakan yang nyata untuk menjadi mahasiswa mandiri dan cerdas maka hal tersebut pasti dengan mudah terlaksana. Jangan pernah merasa minder atau tidak percaya diri jika Anda berasal dari perguruan tinggi swasta, daerah atau pun dalam hal jurusan yang Anda ambil. Karena apapun itu perguruan tinggi Anda tempat belajar, apapun jurusan Anda, baik laki-laki atau pun perempuan, jika Anda ada keinginan dan komitmen yang sangat kuat dengan diikuti doa dan tindakan, maka Anda pun mampu menjadi mahasiswa yang cerdas dan mandiri, bahkan mampu memiliki mindset yang sangat luar biasa. Jangan pernah sia-siakan kesempatan Anda yang sudah diberikan Tuhan untuk belajar, begitu banyak orang yang tidak mampu membeli pendidikan. Namun Anda sudah memperolehnya. Jadi semua tergantung pada komitmen, tanggung jawab serta keinginan untuk menjadi apa Anda saat ini dan akan datang.


“Ilmu itu mahal namun lebih mahal hidup yang tidak berilmu.


By MEYF

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar