Minggu, 31 Maret 2013

Air Terjun Lembah Anai



Sumatera Barat dikelilingi oleh bukit-bukit, gunung-gunung, lembah-lembah, danau-danau dan air terjun. Salah satu air terjun yang mudah ditemui adalah air terjun Lembah Anai yang berada di kawasan Lembah Anai. Terdapat tiga air terjun dan satu telaga yang airnya berwarna kebiru-biruan. Salah satu air terjun terletak di pinggir jalan yaitu air terjun Lembah Anai dan dua lainnya tertutup oleh lebatnya hutan. Keindahan telaga dan dua air terjun lainnya dapat ditempuh sekitar 15 menit dari lokasi air terjun Lembah Anai.

Air Terjun Lembah Anai berlokasi di pinggir jalan raya Padang-Bukittinggi, yaitu kecamatan Sepuluh koto Kabupaten Tanah Datar. Sumber airnya dari gunung Singgalang yang airnya sangat jernih mengalir menyusuri  perbukitan dan lereng lalu mengalir melewati cagar alam sebelum sampai ke tebing yang memiliki ketinggian 50 m dan membentuk kawah tempat air berkumpul. Air terjun yang satu ini terletak dipinggir jalan raya, sehingga jika kita melewati jalur Bukittinggi – Padang akan melewati air terjun ini. Air terjun yang berkabut dan membentuk gugusan yang berwarna-warni jika disinari matahari.

Lembah Anai merupakan kawasan cagar alam dan terkenal dengan air. Cagar alam Lembah Anai terdapat beberapa tanaman langka salah satunya bunga bangkai (amorphyphalus titanium) yang tumbuh subur di tengah hutan. Selain itu terdapat beberapa tanaman kayu. Disamping itu terdapat hewan langka yang hamper punah seperti harimau sumatera, rusa, siamang, kera ekor panjang, beruk, trenggiling, kancil, tapir dan biawak.  Hewan yang sering dijumpai di sepanjang jalan menuju Lembah Anai adalah kera ekor panjang, siamang dan beruk yang selalu ,mencari makanan di sepanjang jalan raya.

Untuk memasuki cagar alam, dibutuhkan tenaga pendamping yang dapat mengantarkan pengunjung langsung ke tempat hewan-hewan biasa main dan mencari makan. Akses ke air terjun lembah anai sangat mudah ditemukan, karena lokasinya yang berada di pinggir jalan raya. Jika perjalanan dimulai dari Bandara Internasional Minang Kabau, hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 1,5 jam.

Jumat, 29 Maret 2013

JAM GADANG BUKITTINGGI (CLOCK TOWER / BIG CLOCK)




Jam Gadang at the night
Jam Gadang
Bukittinggi is known as a tourist city in West Sumatera. It is known as the twin of Negeri Sembilan Malaysia. One of the tourist object attractions is the Jam Gadang (Clock Tower) in Bukittinggi. Jam Gadang mean big clock, it is located in the center of Bukittinggi, it is called Pasa Ateh (Pasar Atas). 

inside of Jam Gadang
Jam Gadang is a clock tower with a height of 26 meters and a baseline measure approximately 13 x 4 m2. It have four clock with diameter 80 cm for each clock, and clock are located at the top of the tower. The clocks were imported directly from Rotterdam, Netherlands, when Dutch colonialism in Indonesia and the engine is mechanically, it was produced by the engine that were made only two units in the world, it were namely the Jam Gadang and Big Ben in London, England.

pendulum/bell
Clock Of Jam Gadang
Jam Gadang consist of several level and there is a pendulum in the top level. When the earthquake in 2007, the pendulum is broken and had to repair. At the bell, there manufacture’s written, Vortmann Relinghausen. Vortman is a watchmaker that Bernard Vortman and Recklinghausen is a city in Germany that manufactures engine hours in 1982. There are unique from the clock tower which is a mix of materials makes the tower without iron or cement, but only a mixture of lime, egg white and white sand. And then  occurrence of an error writing Roman numerals at the number IV written be IIII..

Jam Gadang was built in 1926 as a gift from the Queen of the Netherlands to Rook Maker secretary Fort De Cock in the reign of the Dutch East Indies. Jam Gadang was designed by Yazin Sutan Gigi Ameh and laying of the first stone by Rook Maker's first son who was 6 years old. Jam Gadang as a marker and the zero point of Bukittinggi. Shape of Jam Gadang’s roof has changed three times as well, the first time occupation of the Dutch East Indies government, shape of roof is round with rooster statue faces east on it. Then when the Japanese occupation was changed to a temple and last after Indonesia's independence, shape of roof was changed to a gonjong or to house’s roof in traditional Minangkabau.
The Occupational of Dutch Government
The Occupational of Japanese Government
Clock Tower is now used as a tourist attraction and has a surrounding parks include clowns who entertain visitors around the Clock Tower. Usually the public event are organized around the park near the tower. If visitors want to go to the top of the tower should pay some of money, and from above we would look beautiful town of Bukittinggi, panoramas and canyons Sianok.

JAM GADANG BUKITTINGGI


Jam Gadang Malam Hari
Jam Gadang Siang Hari
Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata di Sumatera Barat dan juga kembaran dari Negeri Sembilan Malaysia. Salah satu objek wisata di Bukittinggi adalah Jam Gadang (Jam besar). Jam Gadang terletak di pusat kota Bukittinggi yaitu Pasa Ateh (Pasar Atas) Bukittinggi. Jam Gadang merupakan menara jam dengan tinggi 26 meter dan ukuran dasar sekitar 13 x 4 m2. Memiliki empat jam dengan diameter masing-masing 80 cm di bagian paling atas menara. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda. Jam Gadang digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat dua unit di dunia yaitu Jam Gadang dan Big Ben di London Inggris.

Lonceng / Bandul Jam Gadang
Jam Gadang terdiri dari beberapa tingkat dan paling atas sebagai tempat penyimpanan bandul. Saat gempa di tahun 2007, bandul tersebut patah dan harus diganti. Pada bagian Lonceng tertulis pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama pembuat jam yaitu Benhard Vortman dan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang memproduksi mesin jam di tahun 1982. 



Angka IIII pada Jam Gadang

Ada keunikan dari Jam Gadang yaitu bahan membuat menara tanpa campuran besi atau pun semen, namun hanya campuran kapur, putih telur dan pasir Putih. Tulisan angka pada jam terdapat kesalahan yaitu angka Romawi IV ditulis IIII.

Dalam Jam Gadang
Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah Ratu Belanda kepada Rook Maker sekretaris Fort De Cock pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Jam Gadang di rancang oleh Yazin Sutan Gigi Ameh dan peletakan batu pertama oleh putra pertama Rook Maker yang masih berusia 6 tahun. Jam Gadang sebagai penanda dan titik nol kota Bukittinggi. 



Bentuk Jam Gadang memiliki tiga kali perubahan pada atapnya, pertama saat pendudukan pemerintahan Hindia-Belanda atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian saat pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk klenteng dan terakhir setelah Indonesia merdeka diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat tradisional Minangkabau.

Atap Bulat Zaman Pendudukan Belanda
Atap Klenteng Zaman pendudukan Jepang
Sekarang Jam Gadang dijadikan sebagai objek wisata dan memiliki taman di sekitarnya yang dilengkapi oleh badut-badut yang menghibur pengunjung sekitar Jam Gadang. Biasanya acara-acara bersifat umum diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini. Jika pengunjung ingin menaiki puncak Jam Gadang harus membayarkan sejumlah uang, dan dari atas akan terlihat keindahan kota Bukittinggi, panorama dan ngarai Sianok.

Kamis, 28 Maret 2013

MINANGKABAU TRIBE

Minangkabau is an ethnicity or tribe from Indonesia, commonly known as ethnic  Minang. Its region include West Sumatera, some mainland of Riau, Bengkulu and the west coast of North Sumatera, southwest of Aceh and Negeri Sembilan Malaysia. 

Minang tribe is unique, because tribal lineage is based on mother or matrilineal descent. In matrilineal system, mastery treasures are held by women, while men only slightly. Men after puberty, they can’t stay at his parent’s home, because that home only for woman with her husband and her childreen. They will sleep in “Surau” like a small Mosque and they will learn about life and Islam at there.  And after men married, he would come to the house of his wife and his in-laws.

In Minangkabau, there are three important elements who build and maintain the cultural integrity and customs, they are Alim Ulama (Scholars), Cerdik Pandai (Intellectual), and Ninik Mamak. Alim Ulama maintain for integrity of religion (Islam), Cerdik Pandai maintain for integrity of knowledge and Ninik Mamak maintain for integrity of customs. This is called as “Tungku Tigo Sajarangan”. Minangkabau have democratic system, all matters are discussed by three elements by concensus. On the other hand customs and cultures of Minang put woman as heir inheritance and kinship. The lineage referred to the mother is known as “Samande” and father is known as Sumando (in-law) and father have to obtain and be respected like a visitor.  Women determine the successful implementation of the decisions made by men. Women handle a crucial role. However, men still hold the authority has the power to communities.

Minang society is known as the nomads society. Especially men, if he doesn’t wander, he would be mocked by his friends. However, today not only men wander, but women wander too for continue her study, career or for trading career. For this reason minang society is stay in everywhere, they have spacious thought, freedom of life to change the fate, to reach knowledge and wealth.

The cultures of Minang is very strong in Islam. In their life is known as “Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah”. Its mean that cultures of Minang is based on rule and rule is based on Al Quran, so Minang cultures is based on teachings of Islam. All of Minang societies embraces Islam, if they leave Islam so directly they will be exit from Minang society and they are not admitted as Minang Societies. This is known as  “Dibuang Sepanjang Adat”.

In economic sector, Minang societies are famous in trading as professional and intellectual. They are know as intellectual people, so that’s why they stay in all of province in Indonesia and moreover in foreign countries. Any profession besides trading, they are known as politicians, writer, scholars, teacher and journalist. Their success are reached when they wander in outside of Minang region.
Many politicians of Indonesia from Minang, such as Drs. Mohammad Hatta as first vice president of Indonesia, Tan Malaka as vice International Communist for South East of Asia, Muhammad Yamin as pioneer of “Sumpah Pemuda”, Chaerul Saleh, Emil Salim, Azwar Anas, Fahmi Idris and many more. Minangkabau is one of ethnic in Indonesia that always grasp in governmental cabinet besides Java ethnic.

In Intellectual sector, Minang societies have habit to think and analyze all knowledge. They also is known as superior entrepreneur in economic not only in Indonesia and moreover in foreign countries.

Senin, 25 Maret 2013

BUDAYA MINANGKABAU

Minangkabau adalah suatu etnis atau suku di Indonesia, biasa dikenal dengan suku Minang yang daerahnya meliputi Sumatera Barat, sebagian daratan riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara dan barat daya Aceh serta Negeri Sembilan Malaysia.

Suku Minang adalah suku yang unik karena garis keturunannya didasarkan pada garis keturunan Ibu atau dikenal dengan matrilineal. Dengan system matrilineal ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak untuk laki-laki hal ini cukup kecil. Laki-laki setelah masa akhir balik mereka tidak dapat lagi tidur di rumah orangtuanya, karena rumah hanya diperuntukkan kepada kaum perempuan beserta suami dan anak-anaknya. Mereka akan tidur di Surau (seperti mesjid kecil). Setelah menikah pun laki-laki akan ikut ke rumah istrinya, dia tidak akan tinggal bersama orangtuanya.

Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga orang terpenting yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat adalah Alim Ulama, Cerdik Pandai dan Ninik Mamak yang dikenal dengan istilah Tigo Tungku Sajarangan. Sistem pemerintahannya yang demokratis, sehingga semua urusan dimusyawarahkan oleh ketiga unsur tersebut secara mufakat.

Dilain hal, adat dan budaya Minang menempatkan perempuan sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan yang dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan sebutan Samande dan ayah adalah Sumando (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga. Dalam hal perempuan menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh kaum laki-laki, perempuan memainkan peranan yang sangat penting. Namun demikian kaum laki-laki masih tetap memegang otoritas memiliki kekuasaan pada komunitasnya.

Masyarakat Minang dikenal sebagai masyarakat perantau. Terutama pria Minang, jika mereka tidak merantau maka mereka akan diperolok-olokkan oleh teman-temannya. Namun saat ini tidak hanya pria yang merantau, wanita pun juga ikut pergi merantau untuk berbagai alasan seperti melanjutkan pendidikan, berkarir atau pun berdagang. Karena alasan inilah masyarakat minang ada dimana-mana, mereka memiliki pemikiran yang luas, jiwa merdeka untuk mengubah nasib mengejar ilmu agama dan dunia serta kekayaan.

Budaya Minangkabau sangat kuat dengan ajaran Islam, dalam prinsip kehidupannya dikenal dengan “Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah”. Maksudnya adalah adat masyarakat Minang didasarkan atas hukum dan hukum didasarkan pada Alquran  yang berarti adat Minang berlandaskan ajaran Islam. Masyarakat Minang adalah pemeluk agama Islam, jika ada yang keluar dari agama Islam maka secara langsung mereka keluar dari masyarakat Minang dalam istilahnya disebut “Dibuang sepanjang adat”.

Dalam hal ekonomi, masyarakat Minang sangat menonjol dalam bidang perniagaan, sebagai professional dan intelektual. Orang Minangkabau terkenal sebagai kelompok terpelajar, oleh karena itu mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca negara. Berbagai profesi selain berdagang, antara lain, sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, dan jurnalis. Kesuksesan mereka diraih saat berada di perantauan. Banyak politisi Indonesia dari Minang, sebut saja Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presiden pertama Indonesia, Tan Malaka terpilih sebagai wakil Komunis Internasional untuk wilayah Asia Tenggara, Muhammad Yamin sebagai pelopor Sumpah Pemuda, Chaerul Saleh, Emil Salim, Azwar Anas, Fahmi Idris, dan masih banyak lainnya. Minangkabau merupakan salah satu dari etnis di Indonesia yang selalu menjabat di kabinet pemerintahan Indonesia selain etnis Jawa.

Dalam bidang intelektual, kebiasaan masyarakat Minang adalah berpikir dan menelaah berbagai ilmu. Mereka juga dikenal sebagai pengusaha ulung dalam bidang ekonomi. Bukan hanya di Indonesia namun sampai ke manca Negara.