Minggu, 28 September 2014

~"SHOPAHOLIC"~


Sekitar tahun 2009, Anda pasti pernah menonton film mengenai cewek yang sophaholic yaitu gila belanja yang amat susah menahan keinginan untuk tidak menghabiskan uangnya. Film yang diambil dari penulis novel favorit saya yaitu Sophie Kinsella yang berjudul “Shopaholic Takes Manhattan”. Pertama saya menonton tahun 2009, filmnya kocak banget, mungkin mirip dengan The Devil Wears Prada kalo dilihat dari segi fashionnya. Ada seorang wanita berusia 25 tahun bernama Rebecca Bloomwood yang hidup bersama sahabatnya Suze. Rebecca seorang penulis majalah keuangan. Namun kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang dia tulis yaitu memiliki kecanduan belanja (shopaholic). Kebiasaan buruk yang sangat susah untuk dihilangkan hingga dia mengalami keterpurukan keuangan. Kartu kredit membengkak dan gaji yang diterima sangat tidak mencukupi kehidupan Rebecca yang addicted atau kecanduan belanja. Banyak proses yang dijalani Rebecca hingga dia jatuh hati pada seorang pria. Rebecca melakukan kebohongan demi gengsinya, walau demikian pada akhirnya Rebecca bisa menghilangkan shopaholic syndrome. Saya tidak akan membahas mengenai filmnya karena bisa ditonton online melalui youtube.com.

Beberapa waktu lalu pernah sharing dengan beberapa orang dan juga ini pengalaman sebelum saya menikah. Menurut istilahnya shopaholic berasal dari dua kata yaitu shop=belanja dan aholic=ketergantungan yang disadari atau pun tidak. Jadi shopaholic adalah kebiasaan seseorang yang tidak mampu menahan keinginan berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja, walaupun barang yang dibeli tidak dibutuhkan. Sekitar 90% adalah wanita sering mengalami sindrom shopaholic namun bukan berarti pria tidak ada yang shopaholic.

Ada beberapa gejala shopaholic, diantaranya suka berbelanja barang-barang dan merasa puas saat berbelanja walaupun barang yang dibeli tidak dibutuhkan, namun setelah selesai belanja merasa menyesal atas barang yang dibelinya. Orang shopaholic memiliki banyak barang-barang yang tidak terhitung jumlahnya, namun dia jarang bahkan tidak pernah memakai barang tersebut. Mereka membeli hanya untuk kepuasan sesaat belanja. Tidak mampu menahan diri untuk tidak berbelanja bahkan berbohong pada orang lain mengenai uangnya yang telah habis untuk berbelanja.

Banyak penyebab mengapa terjadi shopaholic syndrome, misalnya saat stress atau cemas yang berlebihan terhadap sesuatu hal sehingga untuk meredakannya pergi ke mall atau pusat keramaian yang pada awalnya hanya bertujuan untuk cuci mata, namun akhirnya membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Adanya kebiasaan yang tidak bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan sehingga tidak memikirkan akibatnya. Sama halnya memutuskan membeli barang tanpa memikirkan terlebih dahulu manfaatnya, padahal barang yang dibeli pun tidak dibutuhkan. Dilain hal adanya rasa percaya diri yang sangat rendah, dan gaya hidup yang hedonis (materialis) dengan persepsi bahwa manusia akan dinilai berdasarkan barang-barang yang dimilikinya. Hanya karena ingin dipandang oke dan hebat di depan orang banyak. Demi menjaga image atau gengsi sehingga membeli barang-barang yang tidak ada manfaatnya dan timbullah penyesalan setelah berbelanja.

Banyak dampak negatif yang terjadi pada shopaholic seperti akan timbulnya hutang dan bahkan hutang yang menumpuk sehingga menambah stress dan tekanan ekonomi, dipecatnya dari pekerjaan karena menggunakan uang perusahaan untuk berbelanja, munculnya tindakan kriminal bahkan bunuh diri.

Adapun beberapa hal yang dapat kita lakukan yang saya pun sudah melakukannya untuk tidak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mulai sekarang coba kita amati apa saja yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Kita harus mampu menahan diri dari godaan untuk tidak berbelanja. Kita harus mampu membedakan mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan. Menulis rencana keuangan yang akan kita belanjakan per bulannya. Melakukan hal positif saat mengatasi stress seperti istirahat, ngumpul dengan keluarga, atau mengerjakan hobby kita. Sebagai manusia bukanlah human having namun manusia adalah sebagai human being. Jika shopaholicnya sudah tingkat tinggi, sebaiknya datang ke psikolog untuk diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan terapi relaksasi yang akan membantu penderita mengatasi pikiran dan perilakunya yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan belanja terus menerus.


Semoga bermanfaat.. :)

by MEYF

Sabtu, 20 September 2014

DIHARAMKANNYA SHALAT BAGI WANITA HAID MENURUT KESEHATAN

Setiap umat muslim diwajibkan untuk melakukan Shalat lima waktu setiap harinya. Sejumlah studi modern membuktikan bahwa gerakan shalat adalah sebagai bentuk gerakan olahraga yang dapat meningkatkan peredaran darah terutama saat rukuk dan sujud. Pada saat seorang wanita rukuk dan sujud maka akan terjadi peningkatan peredaran darah ke rahim. Sel-sel rahim dan indung telur seperti sel-sel limpa akan menyedot banyak darah. Hal ini tentu baik bagi kesehatan wanita. Namun lain halnya jika wanita haid melakukan shalat, tentu akan membahayakan jika dilakukan terus-menerus selama masa Haidh.

Saat haid, banyaknya darah yang keluar adalah berkisar sekitar 34 ml. Darah tersebut akan mengalir ke rahim, sehingga akan terjadi kehilangan darah yang akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan lelah dan bahkan kadar emosi yang naik turun. Jika pada saat ini wanita haid melakukan shalat, maka zat imunitas di tubuhnya pun akan hancur akibat sel darah putih yang hilang dan ikut bersama darah. Sehingga organ tubuh lainnya seperti limpa dan otak akan mudah terserang penyakit.

Inilah yang diperintahkan Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 222 yaitu “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, katakanlah :”Haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci”.


Subhanallah, inilah hikmah besar keajaiban Allah SWT dibalik larangan syariat agar wanita haid tidak shalat hingga dia bersih/suci.

by MEYF

Rabu, 17 September 2014

~ JUST TO SAY "NO" ~


Have you ever felt regret when doing things that actually you unwant to do? Have you ever felt a heavy heart when saying NO to your friend? Have you ever felt unwilling to reject someone? I am sure that we are as an eastern always care others than ourselves. No wrong from that, but in some condition we should care ourselves first then other. Sometime we don't think about whether they will act like us. And, we don't think about the negative effect when we force ourselves.

A salesman promotes his product and he tries to influence us to buy it. Whereas we don’t want it at that time because of financial condition. Because of the feeling of heavy heart, feeling of compassion and feeling of prestige in ourselves, we are not able to reject him and say NO to not buy. What will you get from this situation? Surely you will regret and pressure to think how to pay loan to the next.

Your boss ask you to do overtime and your condition does not support it because you have overload job at that time. And, you accept it as your professional even you realize disable to finish it. What will you get from this situation? More pressure, stress and unsatisfied result also more mistakes will occur from your job results. Maybe more colleague and clients will assume that you are not professional. This is effect occurs as no bravery to say NO.

We have right to say NO eventually it will be goodness for common interest. We have right to say NO for satisfied results. We have right to say NO to be disciplined and firmly on ourselves and others. Through this possibility it will take risk. Don't you think that when you say YES will take risk as well. Just think that every decision has risk on it. And, we should pass it.

Someone needed to rest and felt so tired about his responsibility in a project, but he was not able to say NO and he was worry the perception of not professional at work, he still continued to finish it, although feeling heavy heart. He tried to think as form of everything is possible to do. But in case he shouldn't do it, it would be impact to his health and concentration then impact to his performance at work. No wrong if he said NO and rejected some job if he was not able to do it rather than he got to stress and not able to finish its works. Instead, he always complained about his condition and he didn't give positive results. So this is good to say NO. It doesn't mean he didn't do maximum to get possibility perception, but he has right to say NO and he should reject it for his good result.

The saying NO to get justice for ourselves, to reject something for inappropriate with our condition. This is the justice to bring discipline, brave and self-confidence. The saying NO is not negative thing. This is kind of our professional capacity, so that we are able to undertake the responsibility given to us and we are able to give fair decision. There is not wrong if we are indulging ourselves by saying NO.

The first time, I feel so difficult to reject and say NO. Now I success to get out from that situation and I can say NO if I don't like it and if it is not an appropriate condition for me. Although it will take the risk on it, just think that I learn from mistake to be good.

So...will not you brave to say NO?


By MEYF 

Selasa, 16 September 2014

~ KATAKAN "TIDAK" ~

Pernahkah Anda merasa menyesal saat melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin Anda lakukan? Pernahkan Anda merasa segan untuk melakukan penolakan? Pernahkan Anda merasa berat hati saat mengatakan TIDAK kepada sahabat Anda? Saya yakin kita sebagai orang timur memiliki sikap yang selalu mempedulikan orang lain ketimbang diri sendiri. Kadang kita tidak memikirkan apakah mereka juga akan bertindak seperti itu terhadap kita. 

Saat seorang sales datang ke rumah Anda menawarkan produk sehingga Anda pun terpengaruh untuk membelinya. Padahal sebelumnya tidak ada sedikit pun niat untuk membeli produk tersebut karena kondisi keuangan. Namun rasa tidak enak, rasa iba atau pun rasa gengsi pada diri Anda sehingga tidak ada keberanian menolak untuk tidak membelinya. Apa yang Anda dapat, tentu penyesalan dan tekanan memikirkan cicilan yang harus dilunasi berikutnya.

Saat atasan meminta Anda untuk melakukan suatu pekerjaan tambahan. Dan pada saat itu kondisi Anda sudah overload  karena takut dianggap tidak profesional, Anda pun menerima pekerjaan itu. Apa yang Anda dapatkan? Berbagai tekanan terhadap pekerjaan, hasil yang tidak memuaskan dan juga kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan akan membawa Anda kepada hal yang salah, sehingga orang lain menganggap Anda sebagai pekerja yang tidak profesional. Ini adalah akibat dari tidak berani berkata TIDAK.

Kita punya hak untuk berkata TIDAK untuk kepentingan diri kita sendiri yang nantinya demi kebaikan bersama. Kita memiliki hak untuk berkata TIDAK demi hasil yang memuaskan bagi diri sendiri dan orang lain. Kita berhak berkata tidak untuk menjadi pribadi yang tegas terhadap diri sendiri dan orang lain. Walaupun dengan berkata TIDAK akan ada resiko yang kita ambil, bukankah dengan berkata IYA pun akan menanggung resiko. Karena setiap keputusan yang kita ambil pasti terdapat resiko di dalamnya.

Pernah ada seorang sahabat yang sudah merasa lelah dengan tanggungjawabnya dalam menangani suatu tugas, namun karena tidak berani berkata TIDAK dan takut dicap sebagai tidak profesional, dia tetap menjalaninya. Walaupun pemikiran ini sebagai bentuk bahwa tidak ada yang tidak mungkin, namun jika diri kita sudah sangat lelah dan berakibat pada kesehatan serta daya konsentrasi, tidak ada salahnya kita berkata TIDAK untuk melanjutkan pekerjaan tersebut. Daripada kita merasa tertekan jika tidak mampu menyelesaikan permintaan dan tugas yang diberikan, daripada kita berkeluh kesah terhadap kondisi tersebut namun tidak memberikan hasil yang positif, adabaiknya kita berani untuk berkata TIDAK. Hal ini tidak dikaitkan dengan pemikiran bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Namun segala sesuatu itu ada hal dimana kita bisa menolaknya untuk mendapatkan hal terbaik lainnya.

Berkata TIDAK dilakukan untuk mendapatkan keadilan bagi diri kita sendiri. Keadilan untuk menolak sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hati kita. Keadilan untuk menjadi pribadi yang tegas dan keadilan untuk menjadi pribadi yang berani dan percaya diri. Jadi, berani berkata TIDAK bukanlah suatu hal yang negatif. Ini adalah bentuk profesional kita bahwa kita mengetahui kapasitas diri kita, sehingga kita mampu melakukan tanggung jawab yang diberikan kepada kita dengan baik dan mampu memberikan keputusan yang adil bagi diri kita. Tidak ada salahnya memanjakan diri dengan berkata TIDAK.


Untuk saya pribadi, pada mulanya sangat sulit untuk berkata tidak. Namun saya sudah membiasakan diri untuk berani berkata tidak dan yakin akan keputusan yang saya pilih, walaupun terdapat resiko didalamnya. Namun melalui resiko tersebut saya belajar kehidupan baru.

So...masih tidak beranikah Anda berkata TIDAK ???
:)


By MEYF

Senin, 15 September 2014

DEBATING (ARGUING) DOESN'T MEAN TO FIND THE WINNER AND THE LOSER

We were created by God and we have an excess the mind and the heart than other living things. So lucky we are, if we are able to use both of them in the right condition. We cannot avoid to live alone and we need other people to interact each other. Every day we exchange ideas and sharing each other pertaining to life. We feel what they feel although we face the condition that is inconsistent with us at that time. So, in this case we need mind and heart to maintain and control our emotional. 

In our life, we couldn't separate from debate or argue with other. We will think this word “debate” is too hard and usually face in academics or officials that we often see on TV. The fact we often do debate for various topics with our family member, friends or colleague. It begins from low topic about our experience into serious topic such as about the world and its problems.  

Sometime, we get emotional in debating as long as the result of the wrong purpose for debating, it doesn't to find the solution but to decide who the winner and who the loser. Emotional appears because of egotism to ask and force others to follow us that it is not necessarily true. Sometime emotional appears because of prestige that consider ourselves more powerful than others, then we feel no respect each other people's opinions. This is not good and it will certainly appear dispute and crack our relationship with others.

My opinion about debating with others are not to show that I am powerful, I know first than you, I am the person who must be respect first by you. But for me, debating is the way to exchange mind with others. Maybe they have more knowledge than me. And, the end of debating does not mean to find the winner or the loser, but to find the solution and new good information that we can combine with our opinion, so it will be useful for others in public. We would not be respected if we aren't able to respect others, it is the same in debating. If we hope our opinion will be respected or accepted by them, we must respect them first without egotism and underestimate their opinion.

When we are debating, we must know with whom we argue. We must know their character, their background and their education, and through this, we will understand them and we are able to deal with good debating. We must consider the time and the condition of debating. If we debate in forum or public, we should do elegant debate without bad emotional like fist fighting. We should use our logic, heart and professional opinions. It is not an appropriate use of words that strike such as “You are wrong!” or “You don't understand what we are talking about!” or any words that is annoying others when we are debating. Do debating with intelligent and smart arguments and not fist fights. At least the way we talk to show who we are a whole of intelligent, smart, emotional and mentality.

When I worked at private company, at the minutes of meeting, we faced debating and sometime we didn't have good result. Have you heard about the proverb of Indonesia “Sing Waras Ngalah”, it means the smart and intelligent people shouldn't continue badly debating and give in to it. It doesn't mean we are a loser, it shows maturity in accepting the opinions of others, even though we know that their opinion is not appropriate, it just for a while, believe that the truth will inevitably occur. We don't decide to find who the winner and the loser except for competition of debating in academic. But we debate to find the solution and to get the new information. If the condition forces to let their opinion to be accepted as a winner, let it be. This means we are the great man who has big hearts and be a winner for them. It doesn't mean we are a loser, but the fact we are a winner for them. Is that not the rich people are able to make other be rich because they had what the people have not owned.

For me in some conditions, I strict for debating, and it is fair if we face someone who couldn't be able to introspection themselves about their egotism in debating. This doesn't mean we drop them in public, but to remind them about their bad habit in debating. Introspection ourselves, know the character, and mastering the topics are the key of debating doing well and give the appropriate solutions.

So, now we should correct ourselves before we argue with others so that they don't feel underestimate and be offended, we should give the right decision and useful for others. Give in to debate are the winner, because the winner to give a win for other, and don't worry, believe that the truth will inevitably occur.


By MEYF