Sekitar tahun 2009, Anda pasti pernah menonton film mengenai
cewek yang sophaholic yaitu gila belanja yang amat susah menahan keinginan
untuk tidak menghabiskan uangnya. Film yang diambil dari penulis novel favorit
saya yaitu Sophie Kinsella yang berjudul “Shopaholic Takes Manhattan”. Pertama
saya menonton tahun 2009, filmnya kocak banget, mungkin mirip dengan The Devil
Wears Prada kalo dilihat dari segi fashionnya. Ada seorang wanita berusia 25
tahun bernama Rebecca Bloomwood yang hidup bersama sahabatnya Suze. Rebecca seorang
penulis majalah keuangan. Namun kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang dia
tulis yaitu memiliki kecanduan belanja (shopaholic). Kebiasaan buruk yang
sangat susah untuk dihilangkan hingga dia mengalami keterpurukan keuangan.
Kartu kredit membengkak dan gaji yang diterima sangat tidak mencukupi kehidupan
Rebecca yang addicted atau kecanduan belanja. Banyak proses yang dijalani
Rebecca hingga dia jatuh hati pada seorang pria. Rebecca melakukan kebohongan demi gengsinya, walau demikian pada akhirnya Rebecca bisa menghilangkan
shopaholic syndrome. Saya tidak akan membahas mengenai filmnya karena bisa
ditonton online melalui youtube.com.
Beberapa waktu lalu pernah sharing dengan beberapa orang dan juga
ini pengalaman sebelum saya menikah. Menurut
istilahnya shopaholic berasal dari dua kata yaitu shop=belanja dan
aholic=ketergantungan yang disadari atau pun tidak. Jadi shopaholic adalah
kebiasaan seseorang yang tidak mampu menahan keinginan berbelanja dan
berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja,
walaupun barang yang dibeli tidak dibutuhkan. Sekitar 90% adalah wanita sering
mengalami sindrom shopaholic namun bukan berarti pria tidak ada yang
shopaholic.
Ada beberapa gejala shopaholic, diantaranya suka berbelanja
barang-barang dan merasa puas saat berbelanja walaupun barang yang dibeli tidak
dibutuhkan, namun setelah selesai belanja merasa menyesal atas barang yang
dibelinya. Orang shopaholic memiliki banyak barang-barang yang tidak terhitung
jumlahnya, namun dia jarang bahkan tidak pernah memakai barang tersebut. Mereka
membeli hanya untuk kepuasan sesaat belanja. Tidak mampu menahan diri untuk
tidak berbelanja bahkan berbohong pada orang lain mengenai uangnya yang telah
habis untuk berbelanja.
Banyak penyebab mengapa terjadi shopaholic syndrome, misalnya
saat stress atau cemas yang berlebihan terhadap sesuatu hal sehingga untuk
meredakannya pergi ke mall atau pusat keramaian yang pada awalnya hanya
bertujuan untuk cuci mata, namun akhirnya membeli barang-barang yang tidak
diperlukan. Adanya kebiasaan yang tidak bertanggungjawab atas perbuatan yang
dilakukan sehingga tidak memikirkan akibatnya. Sama halnya memutuskan membeli
barang tanpa memikirkan terlebih dahulu manfaatnya, padahal barang yang dibeli pun
tidak dibutuhkan. Dilain hal adanya rasa percaya diri yang sangat rendah, dan
gaya hidup yang hedonis (materialis) dengan persepsi bahwa manusia akan dinilai
berdasarkan barang-barang yang dimilikinya. Hanya karena ingin dipandang oke
dan hebat di depan orang banyak. Demi menjaga image atau gengsi sehingga
membeli barang-barang yang tidak ada manfaatnya dan timbullah penyesalan
setelah berbelanja.
Banyak dampak negatif yang terjadi pada shopaholic seperti akan
timbulnya hutang dan bahkan hutang yang menumpuk sehingga menambah stress dan
tekanan ekonomi, dipecatnya dari pekerjaan karena menggunakan uang perusahaan
untuk berbelanja, munculnya tindakan kriminal bahkan bunuh diri.
Adapun beberapa hal yang dapat kita lakukan yang saya pun sudah
melakukannya untuk tidak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak
dibutuhkan. Mulai sekarang coba kita amati apa saja yang kita butuhkan bukan
yang kita inginkan. Kita harus mampu menahan diri dari godaan untuk tidak
berbelanja. Kita harus mampu membedakan mana yang keinginan dan mana yang
kebutuhan. Menulis rencana keuangan yang akan kita belanjakan per bulannya. Melakukan
hal positif saat mengatasi stress seperti istirahat, ngumpul dengan keluarga,
atau mengerjakan hobby kita. Sebagai manusia bukanlah human having namun manusia
adalah sebagai human being. Jika shopaholicnya sudah tingkat tinggi, sebaiknya
datang ke psikolog untuk diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan
terapi relaksasi yang akan membantu penderita mengatasi pikiran dan perilakunya
yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan
belanja terus menerus.
Semoga bermanfaat.. :)
by MEYF
0 Komentar