Showing posts with label KHAS MINANGKABAU. Show all posts
Showing posts with label KHAS MINANGKABAU. Show all posts

Asal Usul Danau Maninjau

Tuesday, March 13, 2012 Add Comment
Asal Usul Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah danau yang terletak di Kabupaten Agam Sumatera Barat.Danau ini adalah danau vulkanik yang memiliki luas lebih kurang 99 km2 dan kedalaman mencapai 495 meter. Menurut tambo, pada mulanya Danau Maninjau adalah gunung berapi diberi nama gunung Tinjau yang dipuncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Tapi menurut mereka, karena ulah manusia, gunung tersebut meletus dan membentuk sebuah danau yang luas.
Gunung Tinjau yang puncaknya terdapat kawah yang luas dan dikaki-kakinya terdapat perkampungan dengan mata pencarian bertani. Apalagi dekat gunung yang memiliki tanah yang sangat subur. Salah satu perkampungan tinggallah sepuluh orang bersaudara, sembilan orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang bungsu. Anak pertama bernama Kukuban dan anak bungsu bernama Sani. Orang tua mereka sudah lama meninggal dan mereka dibimbing oleh mamak (paman) mereka yang bernama Datuk Limbatang.

Datuk Limbatang seorang mamak kampung yang memiliki seorang putra bernama Giran. Suatu ketika Datuk Limbatang kerumah Bujang Sambilan bersama istri dan anaknya Giran. Disanalah Giran dan Sani saling jatuh hati. Sejak itu mereka saling menjalin hubungan kasih tanpa sepengetahuan lainnya, karena mereka takut akan timbul fitnah. 

Saat musim panen tiba, penduduk kampung memperoleh hasil yang melimpah, sehingga mereka dan pemuka adat mengadakan acara gelanggang adu ketangkasan bermain silat. Disana ikutlah Kukuban dan Giran, mereka memperoleh kesempatan untuk saling adu silat. Giran menang dan Kukuban kalah karena bermain curang, sehingga menyebabkan kakinya patah tulang. Hal ini membuat dendam Kukuban terhadap Giran.

Beberapa bulan kemudian Sani dan Giran semakin yakin bahwa mereka ingin melanjutkan hubungan yang sah dan diakui agama dan masyarakat. Bermaksud datanglah Giran dan kedua orangtuanya ke rumah bujang nan sambilan untuk meminang Sani. Hal ini tentu membuat bujang nan sambilan sangat senang dan menyetujui hubungan ini. Namun, tiba-tiba datanglah Kukuban yang menolak mentah-mentah hubungan tersebut. Hal ini dipicu karena dendamnya terhadap Giran saat pertandingan. Akhirnya perdebatan pun terjadi, namun Datuk Limbatang yang bijaksana tidak dapat memaksakan kehendak tersebut kepada Bujang Sambilan.
Berhari-hari kedua pasangan itu berpikir namun tidak menemukan jalan keluarnya. Sehingga mereka memutuskan untuk bertemu di suatu tempat. Mereka berunding di tepi sungai, saat Sani beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Sani jatuh dan sarungnya robek. Giran pun menolong Sani. Pada saat itu
tiba-tiba ada warga dan bujang nan sambilan memergoki mereka, dan menuduh mereka berbuat yang tidak pantas. Mereka melakukan pembelaan begitu juga dengan Datuk Limbatang, namun tidak berhasil. Akhirnya mereka dihukum dan dibuang ke kawah gunung Tinjau. 


Sebelum dibuang, mereka berdoa, "Ya Tuhan, Mohon dengar dan kabulkan doa kami, jika kami memang bersalah, hancurkanlah tubuh kami di dalam air kawah gunung yang panasini. Akan tetapi, jika kami tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan!"


Tiba-tiba Giran dan Sani melompat ke kawah dan beberapa saat kemudian gunung Tinjau pun bergetar dan meletus, semua orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bujang Sambilan pun menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang sangat luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Masyarakat menamakannya Danau Maninjau.

Asal Usul Nama Minangkabau

Tuesday, March 13, 2012 Add Comment


Sumatera Barat dikenal dengan suku Minangkabau. Menurut sumber (Samsuni), salah satu nagari Minangkabau yang berada di wilayah kecamatan Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. 
Dahulu kala, di Sumatera Barat terdapat sebuah kerajaan Pagaruyuang yang dipimpin oleh seorang raha yang adil dan bijaksana sehingga rakyatnya hidup aman, tenang dan damai. Namun ketentraman tersebut terusik oleh adanya kabar penyerangan kerajaan dari Pulau Jawa (menurut sumber Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Majapahit).Hal ini membuat Kerajaan Pagaruyuang pun tidak tinggal diam. Raja, petinggi adat dan alim ulama pun berunding. Mereka orang yang bijaksana dan tidak menyukai kekerasan karena akan merugikan dan menyengsarakan rakyat. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak melawan dengan kekarasan dan peperangan, namun  mengajak berunding dengan Kerajaan Majapahit.
Mereka mendatangi pasukan Kerajaan Majapahit dan malah menunjukkan sikap yang sopan dan 
menerima Kerajaan tersebut selayaknya tamu terhormat yang datang. Mereka dijamu dengan makanan yang lezat dan sikap yang ramah. Tentu saja hal ini membuat Kerajaan Majapahit menjadi heran, karena mereka mengira akan adanya penyerangan dari Kerajaan Pagaruyuang.

Raja Pagaruyuang menemui Kerajaan Majapahit dan bertanya (pura-pura tidak mengetahui maksud dan kedatangan Kerajaan Majapahit). Kerajaan Majapahit pun menjelaskan maksud kedatangan mereka yaitu untuk menaklukkan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung menerima dengan baik hal tersebut, namun, Kerajaan Pagaruyung mengusulkan untuk menghindari pertumpahan darah antara kedua pasukan kerajaan, maka diganti dengan adu kerbau. Usulan ini diterima oleh Kerajaan Pagaruyung. Dengan syarat jika kerbau milik Kerajaan Pagaruyung kalah, maka Kerajaan Pagaruyung dikatakan takluk dan jika kerbau milik Kerajaan Majapahit kalah, mereka akan dibiarkan kembali ke Pulau Jawa dengan damai.
Daerah Sumatera Barat adalah daerah pertanian, dan kerbau adalah salah satu hewan 
yang sangat dibutuhkan dalam mengolah lahan pertanian. 

Dalam kesepakatan tersebut tidak ditentukan jenis atau ukuran kerbau yang akan diadu. Pasukan Majapahit memilih kerbau dengan ukuran yang sangat besar, karena menurut mereka lebih kuat dan berani. Sedangkan dari Kerajaan Pagaruyung memilih kerbau yang masih bayi dan menyusu. Hal ini ada alasannya, orang awak yang dikenal dengan orang yang cerdik dan banyak akal. Bayi kerbau tersebut dipisahkan selama beberapa hari dari induknya dan mereka menaruh dua pisau di kepala dekat (sebagai tanduk) anak kerbau tersebut. Hal ini tidak ada larangan dalam perjanjian sebelumnya.

Pertandingan pun dimulai, kerbau Kerajaan Majapahit sangat besar dan kerbau Kerajaan Pagaruyung yang sangat kecil. Suasana di tanah lapang pun ramai. Kerajaan Majapahit meremehkan kerbau ingusan dan kecil, dan yakin akan dapat dikalahkan. Namun apa yang terjadi,ternyata mereka dikejutkan oleh jatuhnya kerbau Majapahit, karena Kerbau Pagaruyung mengejar kerbau besar tersebut. Kerbau Pagaruyuang yang tidak diberi makan dan Asi induknya, menjadi kelaparan dan mengira bahwa kerbau Majapahit adalah induknya.Pisau dikepalanya pun menyayat dan mengenai badan kerbau besar. Karena terkena tusukan beberapa kali, akhirnya kerbau besar pun roboh dan terkapar. Rakyat Pagaruyung pun bersorak-sorak kegirangan, sambil berteriak "Manang kabau...., Manang kabau..."

Akhirnya pasukan Majapahit dinyatakan kalah dalam pertandingan tersebut, dan mereka pun diizinkan untuk kembali ke Majapahit Pulau Jawa. Kemenangan kerbau Pagaruyung pun tersebar keseluruh pelosok negeri. Kata "Menang kabau" yang berarti menang kerbau pun menjadi pembicaraan rakyat dimana-mana, sehingga pengucapannya pun lama-lama berubah menjadi kata "Minang". Sehingga sejak itulah, tempat itu dinamakan Nagari Minangkabau. 

Hal ini juga menjadi acuan bagi rakyat Minangkabau, salah satunya dalam menentukan bentuk atap rumah adat dan baju adat yang menyerupai tanduk kerbau.

Rumah Gadang Minang Kabau

Saturday, April 16, 2011 2 Comments

Rumah adat Minangkabau dikenal dengan sebutan Rumah Gadang. Rumah Gadang yang memiliki bentuk unik, atap yang runcing dan dikenal juga dengan Rumah Baanjuang atau Rumah Bagonjong. Rumah Gadang maksudnya Rumah Besar, selain ukurannya yang besar, kegunaannya dalam kehidupan Minang juga besar.
Rumah Gadang selain tempat tinggal juga tempat melaksanakan kegiatan adat-adat Minang.
Rumah gadang terdiri dari beberapa bilik/kamar yang memiliki jumlah yang ganjil, bisa lima, tujuh atau bahkan lebih tergantung pada penghuni Rumah Gadang tersebut. Jumlah kamar disesuaikan dengan jumlah anak perempuan yang ada di rumah tersebut. Setiap anak perempuan yang sudah menikah akan mendapatkan satu kamar/bilik. Sedangkan perempuan tua dan anak-anak akan mendapatkan kamar di dekat dapur.
Ukuran bilik adalah 1/3 dari Rumah Gadang, sehingga 2/3 adalah untuk ruang umum. Hal ini memiliki makna bahwa orang minang lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pola Rumah Gadang berbentuk kapal yaitu kecil ke bawah dan besar ke atas. Rumah Gadang merupakan ruang lepas kecuali kamar/bilik. Di tengah-tengah ada tiang yang jumlahnya tergantung pada ukuran Rumah Gadang. Yang menarik dari tiang/tonggak utama disebut Limpapeh. Dalam kehidupan masyarakat Minang dikenal dengan ungkapan Bundo Kanduang Limpapeh Rumah Nan Gadang. Artinya seorang ibu menjadi tumpuan kekuatan dari sebuah Rumah Gadang.
Dalam masyarakat Minang kedudukan Ibu memiliki kedudukan istimewa, sangat penting dan menentukan. Setiap Rumah Gadang akan dikelola oleh seorang Ibu (Bundo). Makanya Ranah Minang adalah Rananya Perempuan. Sehingga sistem di Minangkabau adalah sistem Matrilinial menurut keturunan garis Ibu.
Atap Rumah Gadang yang runcing menyerupai tanduk kerbau. Dan ditutupi dengan ijuk yang dapat tahan sampai lebih dari 20 tahun. Namun sekarang atap lebih banyak menggunakan seng.
Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu Rumah Gadang dinamakan Rumah Baanjuang.

Di halaman Rumah Gadang terdapat Rangkiang sebagai tempat menyimpan Padi.

Rangkiang juga berbagai macam nama dan kegunaannya. Ada yang digunakan untuk keperluan pribadi dan ada yang digunakan untuk menyimpan beras kebutuhan bersama masyarakat.
Dinding Rumah Gadang dihiasi dengan ukiran-ukiran nan rancak. Dan semua ukiran memiliki arti dan makna dalam kehidupan.

Setiap elemen yang ada di Rumah Gadang merupakan simbol dan memiliki makna bagi kehidupan masyarakat Minang.

MAKANAN UTAMA TRADISIONAL MINANGKABAU

Saturday, July 17, 2010 4 Comments
Filosofi urang awak urang minang : "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah". maksudnya kehidupan orang Minang diatur oleh adat dan adat tersebut didasarkan dari Agama. Dimana Agama didasarkan pada Kitab Allah , Al Qur'an.

Saya akan ajak Anda mengenal masakan tradisional Minang. Makanan tersebut banyak dijumpai di rumah makan Padang yang sudah menyebar diberbagai daerah Indonesia dan bahkan di dunia. Urang Minang tidak pernah pelit dalam hal bumbu masakan. Masakannya terkenal dengan rasa yang pedas dan banyak santannya. Masakan Padang ini akan lebih nikmat lagi jika cara membuatnya menggunakan tungku...(bukan menggunakan kompor). Berikut akan diuraikan sebagian masakan utama Padang.

1. Randang (Rendang)
Randang adalah masakan tradisional khas Minang Sumatera Barat. Merupakan masakan favorite hampir setiap orang yang datang ke Rumah Makan padang. Randang terbuat dari daging sapi sebagai bahan utamanya. Bahan-bahan utamanya adalah daging sapi (dagiang sapi), air parutan kelapa (aia karambia), cabai (merah lado merah) dan bumbu-bumbu pemasak lainnya (langkok-langkok tidak menggunakan kunyit agar tekstur daging tidak rusak). Biasanya kelapa yang digunakan dalam jumlah yang banyak (misalnya 4 kelapa untuk 1 kg daging sapi) agar rasa rendangnya lebih manis dan mantabb...
Sekarang rendang bukan saja dari daging sapi, tetapi dari daging ayam, telur dan buah nangka muda pun sering dibuat rendang oleh masyarakat Minang Sumatera Barat.
Dalam acara adat Minang seperti Pernikahan, Khatam Al Qur'an, Sunatan, dll Rendang adalah masakan yang memperoleh posisi terhormat.
Rendang ini masakan Padang yang paling awet, bisa lebih dari dua bulan asalkan dipanas kan secara rutin. Warnanya hitam dan aromanya yang khas.
Adapun filosofi dari masakan rendang ini adalah Musyawarah yang terdiri dari empat hal utama, yaitu:
a. Daging Sapi (dagiang sapi) lambang dari Ninik Mamak (pemimpin suku adat)
b. Kelapa (karambia) lambang dari Cadiak Pandai (Kaum Intelektual)
c. Cabai (Lado) lambang dari Alim Ulama. Cabai rasanya pedas berarti Alim Ulama yang tegas
mengajarkan agama Islam (syarak).
d. Pemasak (langkok-langkok/bumbu) lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.

2. Dendeng Balado
Dendeng Balado bahan utamanya adalah daging sapi yang diiris tipis dan dikeringkan. Lalu digoreng dan diberi cabai merah (lado merah). Bahan lainnya adalah bawang merah, bawang putih dan bumbu lainnya.
Biasanya kalo dikeluarga saya, untuk cabai merah dimasak dan ditambah air santan yang pekat. Warna cabai lebih merah segar dan rasanya, lebih mhhmmmmmmmmmhhmmmm yummi....

3. Dendeng Batokok
Dendeng batokok sama dengan dendeng balado, bahan utama adalah daging sapi yang diiris tipis dan digoreng. Tetapi cabainya adalah cabai hijau (lado hijau) yang digiling kasar. Daging setelah digoreng dipukul-pukul pakai cobek, sehingga dagingnya lebih lembut dan rasanya lebih mantabbb.....


4. Gulai Toco
Bahan utamanya adalah kacang buncis, kadang dicampur tempe dan daging yang dipotong kecil-kecil serta cabai hijau yang diiris-iris mengikuti bentuk irisan kacang buncis. Dan tidak lupa air santan dan bumbu-bumbu lainnya. Masakan ini berkuah dan berwarna putih kehijauan. Hati-hati kalo makan sayur toco karena irisan kacang buncis dan cabai hijau memiliki bentuk yang sama, sehingga tidak dapat dibedakan. Tapi disinilah rasa pedas terasa enak.

5. Gulai Itiak (Gulai Bebek)
Gulai itiak bahan utamanya adalah daging itik, air santan pekat ditambah cabe hijau keriting, dan langkok-langkok (bumbu lainnya) serta daun jeruk nipis. Itik yang digunakan adalah yang masih muda dan setelah dipotong dibakar. Dagingnya empuk dan rasanya...Lamak Bana.....
Gulai itiak makanan khas dari daerah Koto Gadang, Bukittinggi.


6. Kalio Dagiang (Gulai Daging)
Bahan utama adalah daging sapi/hati, ayam/hati, atau pun jengkol. Biasanya dikenal sebagai rendang muda karena warnanya tidak sampai hitam. Bumbu-bumbunya sama dengan rendang. Sebenarnya rendang yang dijual di rumah makan Padang yang ada di luar Sumatera Barat adalah Kalio. Karena rendang tersebut berwarna sangat muda. Jadi kalau ingin rendang yang asli dari Padang silahkan datang langsung ke daerah Sumatera Barat.

7. Gulai Banak (Gulai Otak)
Merupakan masakan Padang berkuah santan. Bahan utama adalah otak sapi yang dipotong-potong kecil-kecil.





8. Gulai Kambiang (Gulai Kambing)
Masakan Padang berkuah santan dengan bahan utama adalah daging kambing dan santan serta cabe merah giling. Ditambah bumbu-bumbu khas Minang. Dagingnya empuk dan rasanya pedas dengan aroma yang sangat khas.


9. Soto Padang
Masakan berkuah kaldu sapi dengan bihun dan daging sapi yang diiris dan dikeringkan. Didalamnya juga terdapat perkedel kentang dan lebih nikmat saat panas dan pedas...





10. Goreng Baluik (Goreng Belut)

Masakan Padang bahan utamanya adalah belut baik belut basah atau pun kering. Digoreng dengan bumbu-bumbu serta dicampuri dengan cabai merah atau hijau. Enak jika digoreng kering tapi kalo saya lebih enak belut goreng basah. Walau pun orang lain bilang seperti ular, tapi rasanya mhmhmmm....enak banget dan banyak protein yang terkandung di dalam belut.

11. Pangek Padeh (Pangek Pedas)
Masakan Padang bahan utamanya adalah ikan (ada yang pakai daging) ditambah kacang panjang atau buah nangka muda, dan cabai merah giling. Dimasak pakai periuk dari tanah (balango) dan pakai tungku. Dalam periuk dibawahnya dialasi daun pisang, selanjutnya ikan dan bumbu dimasukkan ke dalam periuk belanga.





12. Cancang
Masakan Padang dengan bahan utama adalah daging dipotong kecil-kecil (kadang ukuran besar). Pakai santan dan cabai merah giling. Rasanya cukup pedas dan aromanya sangat khas. Biasanya daging yang digunakan adalah daging kambing. Sering dimasak saat acara pesta adat Minang. Namun di rumah makan Padang banyak dihidangkan. Tapi cancang yang paling enak dan rasa khas adalah yang langsung dari Sumatera Barat, mungkin karena bumbu-bumbu mencukupi dan pas.

13. Palai Bada
Masakan khas Minang dengan bahan utama adalah bada (ikan teri kecil) pakai parutan kelapa dan cabai dan bumbu lainnya, serta dibungkus pakai daun pisang dan dibakar di atas bara tempurung kelapa. Masakan khas dari Peisisir Sumatera Barat.
Ada lagunya juga loh..yang dinyanyikan oleh Ibu Elly Kasim, berikut kutipan liriknya:


Jikok jadi Tuan ka pakan

Balikan denai si gulo saka
Jikok tuan salero patah
Cubo makan si palai bada
Urang Rao pai ka Danau
Baok rumpuik si bilang bilang
Jikok tuan indak picayo
Bali sabungkuih baok pulang
Yo palai bada, lamak rasonyo
makan baduo
Yo palai bada, lamak rasonyo
batambuah juo Rang Balerong.....

14. Gulai Pucuak Ubi
Bahan utama adalah daun singkong muda, direbus dan dikasih santan pekat. Kadang dicampur dengan teri kecil. Kuah santan diberi cabai merah dan bumbu-bumbu lainnya. Lebih enak dimakan pakai samba lado dan ikan asin.



15. Gulai Jariang (Gulai Jengkol)
Masakan Padang bahan utama adalah jengkol yang direbus dan digulai dengan tambahan cabe merah giling serta bumbu lainnya (langkok-langkok). Kata orang rasanya seperti kentang dan kamek. Lamak bana...



16. Gulai Paku
Masakan khas dari Minang dari Pesisir. Bahan utama adalah daun Pakus (paku) dengan bumbu santan, cabe hijau dan bumbu lainnya. Lebih enak disajikan dengan ketupat (terutama saat lebaran, ketupat gulai paku masakan khas Pariaman).



17. Sambalado Tanak


Sambalado dalam bahasa Indonesia adalah sambal. Sambalado tanak atau sambal yang dimasak terlebih dahulu. Kadang ada campuran teri ukuran sedang dan pete yang tidak dibuang kulitnya. Warna sambal yang orange kecoklatan, karena diberi santan dan air nasi. Rasanya...Lamak Bana...

18. Sambalado Matah
Sambal yang tidak dimasak. Cabe hijau/merah, tomat, hijau/merah bawang merah dan bawang putih digiling (ulek) dikasih garam dan jeruk nipis. Mhmhm..........rasanya enak banget apalagi makan pakai ikan asin dan daun singkong (pucuak ubi).



Dan masih banyak masakan utama Padang lainnya. Rasanya mhmhm.............lamak bana....
Lebih enak yang langsung ada dan dimasak di Padang.
Mungkin karena bumbu-bumbunya lebih lengkap dan suasana yang lebih mantap...
Jadi taragak dikampuang...

Kota Bukittinggi Kota Wisata

Sunday, July 04, 2010 7 Comments
Saya ajak Anda untuk mengenal daerah asal saya tercinta, kota Bukittinggi.
Bukittinggi terletak di daerah Sumatera Barat. Bukittinggi ini dikelilingi oleh tiga gunung yaitu gunung Merapi, gunung Singalang dan gunung Sago. Memang sangat indah, setiap perjalanan di Sumatera Barat, tidak akan pernah lepas pemandangan gunung-gunung dan bukit-bukit yang sangat indah nan hijau. Dari Padang ibukota Sumatera Barat menuju ke Bukittinggi membutuhkan waktu lebih kurang 2.5 jam dan melewati air terjun Lembah Anai dengan pemandangan nan indah yang bisa dilihat langsung dari jalan Padang Bukittinggi.

Selain itu Kota Bukittinggi adalah kota yang bersaudara / kembar dengan kota Seremban dari Negeri Sembilan Malaysia.

Bukittinggi merupakan kota kelahiran Bung Hatta dan terkenal dengan adanya Jam Gadang.
Pada bulan Juni 1948 sampai dengan Desember 1949, kota Bukittinggi pernah ditunjuk sebagai ibukota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya kota Bukittinggi pernah menjadi ibukota propinsi Sumatera,dan ibukota Sumatera Tengah (Sumbar, Jambi dan Riau).

Kota Bukittinggi dijuluki sebagai kota wisata. Sangat banyak tempat-tempat wisata dan sering dikunjungi oleh turis-turis manca negara dan juga domestik.
Ada pun tempat-tempat wisata yang ada di kota Bukittinggi, adalah

1. Jam Gadang

Dikenal juga sebagai titik nol kota Bukittinggi. Dibangun pada tahun 1926 oleh Yazid Sutan Gigi Ameh. Jam Gadang menghadap ke Pasar Atas Bukittinggi dengan ukuran 13 x 4 x 26 meter, diameter jam 80 cm. Jam Gadang bergerak secara mekanik dengan empat sisi yang menghadap ke empat arah mata angin. Keunikan dari Jam Gadang ini adalah penulisan angka Romawi IV, di Jam Gadang ditulis IIII. Konon kabarnya biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 3000 Gulden.
Pada mulanya puncak jam gadang berbentuk bulat dan diatasnya ada patung ayam jantan. Saat Jepang menduduki Bukittinggi diubah menjadi bentuk klenteng. Setelah masa kemerdekaan bentuknya berubah menjadi puncak atap rumah adat Minangkabau.

2. Taman Budaya Marga Satwa Kinantan dan Taman Bunga Bundo Kanduang

Dekat dengan Pasar Atas juga terdapat Kebun Binatang yang di dalamnya ada Taman Bundo Kanduang. Di taman ini terdapat rumah Gadang, museum Rumah Adat Banjuang yang isinya berbagai budaya Minang Kabau dan Binatang yang diawetkan. Kebun binatang terdapat berbagai jenis binatang yang dilindungi pemerintah. Terdapat juga gajah, Onta yang didatangkan dari negeri Timur Tengah, dan binatang lainnya mulai dari yang sangat kecil sampai yang besar dan buas. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk mendirikan kebun binatang ini adalah 800 Gulden. Pada awalnya hanya dikunjungi oleh golongan menengah keatas karena harga tiket yang sangat mahal.


3. Benteng Fort De Kock

Pada mulanya dinamakan Stherrescant.
Benteng yang dibangun pada tahun 1825 oleh Belanda semasa Perang Paderi. Benteng yang tingginya 20 m dengan empat meriam kecil di setiap sudutnya. Bercat putih - hijau. Benteng ini sekarang merupakan tempat wisata terutama untuk anak-anak muda yang membawa pasangannya. Lokasinya nan hijau dan sejuk, ditengahnya ada benteng yang bangunannya tetap dirawat sampai sekarang.Setiap hari Minggu, sangat sejuk jika bawa lari
pagi di sekitar benteng ini.


4. Jembatan limpapeh

Merupakan penghubung antara Taman Marga Satwa Kinantan dengan Benteng Fort De Kock.
Jembatan ini berada di atas Jl A. Yani atau nama kota sering disebut sebagai Kampung Cina, karena memang banyak orang Cina yang menetap di sana. Ditengah jembatan ada arsitektur atap bagonjong menyerupai rumah adat Minangkabau.




5. Lobang Jepang

Merupakan lokasi peninggalan penjajahan zaman Jepang. Dibangun sekitar tahun 1942 untuk pertahanan Jepang dalam Perang Dunia kedua. Panjang sekitar 1.4 km dan lebar sekitar 2 m. Di dalam lobang Jepang memang gelap, tetapi sekarang untuk lokasi tertentu diberikan lampu agar pengunjung lebih nyaman. Di dalam lobang Jepang terdapat ruang penyiksaan dan persenjataan, ruang makan dan minum, ruang dapur. Lobang Jepang karena panjangnya, sehingga memiliki pintu masuk yang menyebar di kota Bukittinggi, yaitu di Taman Panorama, Ngarai Sianok dan Tri Arga (Istana Bung Hatta).

6. Taman Panorama

Tempat wisata di kota Bukittinggi. Berlokasi di Jl. Panorama Bukittinggi. Pemandangannya nan indah dibelakang Gunung Singalang. Lokasi tempat wisata ini berada di tepi jalan dan berjarak 1 km dari pusat kota.
Lokasi Taman Panorama ini berada di depan Museum Tri Daya Eka Darma.




7. Museum Tri Daya Ekadarma

Museum ini berlokasi di Jl. Panorama dekat kantor PDAM Bukittinggi. Di museum ini kita dapat melihat pesawat yang berada di taman depan museum, senjata, dan foto-foto perjuangan melawan penjajahan.








8. Istana Bung Hatta (Tri Arga)

Merupakan tempat wisata yang berada di dekat Jam Gadang. Biasanya sering mengadakan acara kesenian budaya Minang seperti tari, saluang dll.









9. Rumah Kelahiran Bung Hatta

Berada di Jl. Soekarno-Hatta dekat dengan pasar tradisional Pasar Bawah Bukittinggi. Di dalamnya terdapat berbagai benda peninggalan Bung Hatta, mulai dari sepeda, bendi, tempat tidur, piring, gelas, foto-foto dan lain sebagainya.
Rumah kelahiran Bung Hatta ini dibuka untuk umum.






10. Janjang Ampek Puluah

Janjang Ampek Puluah ini dalam bahasa Indonesia berarti Jenjang Empat Puluh. Jenjang ini merupakan penghubung antara Pasar Atas Bukittinggi dengan Pasar Bawah Bukittinggi. Di sepanjang janjang terdapat berbagai macam souvenir terutama lukisan-lukisan mengenai kota Bukittinggi.





11. Ngarai Sianok

Merupakan tempat wisata yang berada di pusat kota. Pemandangannya yang sangat indah, Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah yang memiliki suasana kehijauan yang menyejukkan mata memandang. Dibawahnya mengalir sungai-sungai yang jernih. Lebar sekitar 200 m, panjang 15 km dan kedalaman 100 m. Di kelilingi tebing-tebing nan tinggi. Dan dekat Ngarai Sianok terdapat Janjang Saribu merupakan tangga dengan jumlah 1000 anak tangga.




12. Janjang Saribu

Merupakan objek wisata yang alami dan berliku-liku. Di lokasi ini dapat melihat kera yang berkeliaran bebas dan jenjang ini dahulunya memiliki 1000 anak tangga yang alami yang digunakan masyarakat setempat untuk mengambil air ke Ngarai Sianok. Janjang 1000 diapit oleh tebing-tebing. Biasanya di sekitar janjang 1000 digunakan untuk tempat camping.



13. Pasar Atas dan Pasar Bawah Bukittinggi

Pasar Atas Bukittinggi merupakan objek wisatawan yang ingin berbelanja. Di sini pusat perbelanjaan khas Minang, mulai dari pakaian, peralatan Shalat, pernak-pernik berbau Minang, sandal atau sepatu khas Minang semuanya ada disini. Lokasinya diapit oleh Jam Gadang, Taman Budaya Marga Satwa Kinantan dan Janjang Ampek Puluah. Banyak turis yang berkunjung baik turis domestik atau pun turis manca negara.



Pasar tradisional pasar bawah merupakan pasar rakyat. Di sini tempat berjualan kebutuhan memasak mulai dari rempah-rempah sampai berbagai macam daging dan ikan. Merupakan pusat pasar tradisional di kota Bukittinggi. Di Bukittinggi hari pasar (hari pakan) setiap minggunya adalah hari Rabu dan hari Sabtu. Berbagai penduduk sekitar kota Bukittinggi berbelanja ke sini baik untuk dikonsumsi langsung atau pun untuk membeli pengisis warung/kedai.
Penghubung antara pasar atas dengan pasar bawah terdapat pasar lereng (karena jalannya yang malereng atau memiliki sudut sekitar 35-45 derajat) dan penghubung lainnya janjang ampek puluah.

14. Pasar Aur Kuning
Merupakan tempat grosir di Bukittinggi. Pasar ini menjual berbagai macam pakaian, sepatu dan pernak-pernik dalam jumlah yang besar. Biasanya yang membeli adalah para pedagang yang akan menjual kembali di toko atau pun warung mereka. Para pembeli juga datang dari luar Sumatera Barat.