Showing posts with label TRUE STORY OF MY LIFE. Show all posts
Showing posts with label TRUE STORY OF MY LIFE. Show all posts

~"POLA PIKIR"~

Sunday, October 05, 2014 Add Comment
Saya tidak begitu tua untuk memahami dunia pendidikan dengan manajemennya. Dan tidak begitu paham dengan seluk beluk peraturan dalam dunia pendidikan. Sebelumnya tidak pernah kepikiran akan berkecimpung dalam dunia ini, melainkan untuk menjadi perintis terhadap suatu hal, atau pun menjadi pebisnis, bukan menjadi pegawai apalagi pegawai pemerintahan yang harus tunduk ke berbagai peraturan. Yang mungkin tidak semua mereka pun akan mampu tunduk kepada peraturan tersebut. Sedangkan saya adalah orang yang suka melanggar karena keingintahuan terhadap sesuatu hal. Memang nantinya akan menanggung berbagai macam resiko hingga cemoohan dari orang lain. Namun dibalik hal itu semua ada hal positif yang didapat, pengalaman berharga dan pengetahuan akan sesuatu yang baru. Melanggar demi kebaikan yang dapat menghasilkan sesuatu yang positif menurut saya adalah hal yang wajar, yang tidak wajar adalah melanggar demi kerusakan yang ditimbulkan.

Saat mulai meninggalkan dunia kerja non-pendidikan, dan memasuki dunia kerja pendidikan, sesuatu hal baru yang saya peroleh. Apakah ini karma atau bukan, namun sebelumnya saya menolak mentah-mentah untuk tidak bekerja di lingkungan pendidikan seperti kampus, karena alasan tersendiri yang menunjukkan bahwa saya tidak berbakat sebagai pengajar atau pun pemotivasi bagi mereka. Sama halnya saat saya memperoleh kesempatan untuk memilih memasuki perguruan tinggi negeri, menolak mengikuti perkuliahan di dunia matematika, karena pada saat itu matematika hanya berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sedangkan saya tidak ada sedikitpun keinginan untuk hal itu.

Kemudian saya sadar, tidak ada salahnya mencoba dan melanggar prinsip yang dipegang demi mendapatkan sesuatu yang positif. Setelah menjalaninya, anggapan dan persepsi sebelumnya tidaklah semuanya benar. Seorang lulusan matematika tidak hanya sebagai pengajar, malahan mereka lebih banyak menjadi leader di perusahaan-perusahaan ternama bahkan dikirim keluar negeri untuk menjadi seorang leader. Disini saya mulai termotivasi, dan mencoba memasuki dunia kerja yang sebenarnya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang diampu sebelumnya, yaitu human resource. Dan saya pun menyenangi dunia kerja di bidang ini walaupun berhubungan dengan manusia bukan dengan  formula dan angka.

Dari uraian di atas, banyak hal yang saya bagikan kepada teman-teman mahasiswaa dikampus yaitu pola pikir. Pemerintah mewajibkan belajar 12 tahun, bahkan lanjut ke perguruan tinggi bagi yang mampu. Diperguruan tinggi mungkin banyak diantara kita yang berpikir bahwa kuliah adalah tujuan utama untuk mencari kerja, atau menjaga gengsi di depan umum, atau untuk menunda perkawinan atau mencari pasangan, dan alasan lainnya. Namun kesimpulan yang saya peroleh secara umum adalah untuk mengubah pola pikir kita. Saat saya di kelas bersama mahasiswa, sering saya menjelaskan bahwa kuliah bukanlah untuk mencari nilai tinggi semata, untuk mendekati dosen atau lainnya, namun yang terpenting adalah untuk mengubah pola pikir kita. Pola pikir kita dari orang yang biasa menjadi pola pikir orang yang luar biasa.

Saat pengajar menetapkan peraturan untuk tidak datang terlambat mengikuti kegiatan perkuliahan, hal ini semata adalah untuk kita juga, melatih diri kita untuk disiplin dengan waktu, betapa berharganya waktu. Jika sudah terbiasa disiplin dengan waktu saat di kampus, maka dengan sendirinya akan terbiasa di dunia kerja yang sangat keras dengan kedisiplinan. Banyak resiko yang akan diperoleh jika terlambat saat datang ke kantor, tidak dapat tunjangan dan insentif, penilaian kinerja yang jelek hingga dipecat dari perusahaan. Namun jika sudah terbiasa untuk selalu datang tepat waktu maka hal ini pun tidak akan terjadi. Jadi mulailah dari sekarang untuk tepat waktu mengikuti jadwal yang ditentukan baik dalam hal perkuliahan atau pun kegiatan-kegiatan lainnya. Hal ini tentu memberikan performance positif bagi kita sebagai orang yang disiplin dan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh. Hal ini mencerminkan diri kita menghargai waktu dan orang lain. Dan orang pun akan senang hingga membutuhkan kita dalam perkuliahan, acara atau kegiatan apapun.

Selain itu, perkuliahan adalah mengubah pola pikir bagaimana cara mengatasi permasalahan yang dihadapi. Saat pengajar memberikan tugas dan persoalan yang terkait perkuliahan, kita harus mampu memecahkannya dengan pemikiran sendiri, dilarang menyontek dan dilarang copas adalah suatu metode yang sebenarnya mengajarkan kita untuk memaksimalkan tenaga dan pikiran kita. Pikiran akan semakin tajam, kreatif dan cerdas jika kita sering menggunakannya dan akan semakin bodoh jika kita tidak menggunakannya.

Persoalan atau pun tes yang diberikan pengajar adalah suatu hal untuk menguji kesiapan kita serta menguji pola pikir selama menerima materi yang diajarkan. Alangkah puasnya jika kita mampu memecahkan persoalan tersebut dengan sendirinya. Sama halnya jika kita berada di dunia kerja. Memang semua materi perkuliahan tidak akan ditanyakan dalam pekerjaan. Kita tidak akan ditanyakan mengenai Log 10 itu berapa, 101 pangkat 3 berapa, namun yang diminta disini adalah pola pikir dan kesiapan dalam menghadapi persoalan dalam dunia kerja. Jika kita terbiasa dimasa pendidikan menyelesaikan tugas-tugas dengan sendirinya maka tidak akan mustahil kita pun akan mampu mencari solusi setiap permasalahan dengan sendirinya. Dan akan mudah untuk memperoleh jabatan dan gaji yang tinggi. Bahkan tidak tertutup peluang untuk bekerjasama dengan orang hebat di luar negeri.

Ada yang berkata, saya hanya lulusan universitas A sedangkan Anda lulusan universitas ternama, atau saya hanya lulusan jurusan A sedangkan Anda lulusan jurusan B. Salah jika kita sudah mundur dari awal dengan pernyataan di atas. Karena yang membedakan adalah pola pikir, walaupun kita lulusan dari kampus biasa namun mampu menjadi orang yang luar biasa, bukankah hal itu sesuatu yang hebat dan jarang terjadi. Kekuatan dan kecerdasan ada di dalam diri kita masing-masing, tidak perlu di obral atau dipamer kepada orang lain. Dan dengan menunjukkan hasil yang luar biasa maka kita pun menjadi orang yang luar biasa. Tidak perlu pamer kehebatan atau pun meremehkan kemampuan orang lain. Just plan and do it directly without telling to other until we achieve it.

Dimanapun kita menuntut ilmu, perguruan tinggi apapun itu, kunci sukses adalah dari diri sendiri, pola pikir dan kedisiplinan serta kesadaran diri mulai dari sekarang untuk mengikuti dan memanfaatkan semaksimal mungkin hal positif dan ilmu serta didikan yang kita terima di perkuliahan dan pendidikan. Jurusan apapun yang kita pilih, itu semua tergantung pola pikir kita saat ini bagaimana mengikutinya dengan maksimal dan positif.

Tidak ada yang mengerti diri kita kecuali diri kita sendiri. Ilmu adalah mahal namun akan lebih mahal hidup tanpa ilmu. So...manfaatkanlah kesempatan kuliah dan pendidikan yang sudah berada dalam genggaman kita saat ini. Saya pribadi sedang berjuang untuk mendapatkan kesempatan pendidikan lebih lanjut. Bukan untuk mencari gengsi ataupun posisi namun karena memang haus akan ilmu yang bermanfaat dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada orang banyak. Untuk prestise, atau pun hal dunia lainnya adalah sebagai hadiah belaka dari apa yang telah kita perjuangkan bukan tujuan utama yang menyesatkan.

Semoga bermanfaat


By MEYF

~"SHOPAHOLIC"~

Sunday, September 28, 2014 Add Comment

In 2009, surely you ever watched a movie about a shopaholic girl that is crazy shopping woman. She is hard to resist the urge or temptation to not spend her money. This movie story was taken from novel written by Sophie Kinsella, “Shopaholic Takes Manhattan”. The first time, I watched this movie on 2009, it was a comedy movie and more lesson that I got on it. This movie is nearly same with “The Devil Wears Prada” about fashion. The Confession of Shopaholic, there is a twenty-five old woman, names Rebecca Bloomwood and she lives with her friend, Suze. She is a writer in Finance Magazine. But her life is not accordance with what she wrote. She cannot control to not spend more money to buy the things. She is a shopaholic woman, addicted to buying things. She is not able to eliminate this bad habit, for the consequence, she gets badly financial. She has high debt of credit card and her salary is not enough to fill her life. Rebecca face more process to thinking adult. She falls in love to a man, she works in new company and finally able to be not shopaholic woman. Now, I will not discuss this movie story because we can watch online on youtube.com.

Last time, I had discussed with some people and this is my experience as well, why shopaholic occured and why I was shopaholic (symptom) before I get married. The meaning of shopaholic formed by shop=buy a thing and aholic=the habit that is not able to resist the urge either realize or not.  So, shopaholic is a person considered to be addicted to shopping, they are not be able to resist the temptation to shopping and shopping, then they waste time and money although they realize that doesn't need it. About 90% the shopaholic are women and the other hand men are shopaholic as well.

There are some symptoms of shopaholic, feeling satisfied while shopping for not the needed and feeling regret after bought it. The shopaholic has a lot of things, but they rare and even never use its. They buy for pleasure and to make them satisfied for a while. They are not able to hold their money and credit card, they need to spend it more to get things that not useful for them. Even they lie to other about their money that has been spent on shopping.

More causes shopaholic  occurs. When the stress comes and excessive anxiety about something, then they will go to outside to public center or mall, it was originally only intended for refreshing, but ultimately they buy things that are not needed.  Other side, they haven't responsible for their actions and never think what the impact or consequence. Similarly decide to buy things without thinking about the benefit, even though the things purchased were not needed. Then, they have low self-confidence and their hedonic life with perception that the human having will be respect because of their richness and their material. They want to be seen great and OK in front of other people to maintain prestige because of material. More negative impact will occur for shopaholic, high loan, stress and financial pressure, fire from the job, more crime even kill themselves.


The few things that we can do to solve this and I was already doing to not buy things that are not needed.  The key is a strong desire to change this habit. We must be able to determine whether the things that we need and whether the things that we want. We must change our mind to not buy for unused things, and try to rethink again for shopping. Write the financial plan per month and analyze the financial report about what it has been spent before. When we stress, do the positive moment such as sleep, take a rest, stay and having fun with family or doing some hobby (not shopping). If shopaholic is already high-level, then should go to the psychologist to overcome with Cognitive Behavioral Therapy (CBT) and relaxation therapies that help them overcome the thoughts and behaviors that are not rational and prevent them to not continuous shopping habit.

Hopefully this is useful. :)

by MEYF

~"SHOPAHOLIC"~

Sunday, September 28, 2014 Add Comment

Sekitar tahun 2009, Anda pasti pernah menonton film mengenai cewek yang sophaholic yaitu gila belanja yang amat susah menahan keinginan untuk tidak menghabiskan uangnya. Film yang diambil dari penulis novel favorit saya yaitu Sophie Kinsella yang berjudul “Shopaholic Takes Manhattan”. Pertama saya menonton tahun 2009, filmnya kocak banget, mungkin mirip dengan The Devil Wears Prada kalo dilihat dari segi fashionnya. Ada seorang wanita berusia 25 tahun bernama Rebecca Bloomwood yang hidup bersama sahabatnya Suze. Rebecca seorang penulis majalah keuangan. Namun kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang dia tulis yaitu memiliki kecanduan belanja (shopaholic). Kebiasaan buruk yang sangat susah untuk dihilangkan hingga dia mengalami keterpurukan keuangan. Kartu kredit membengkak dan gaji yang diterima sangat tidak mencukupi kehidupan Rebecca yang addicted atau kecanduan belanja. Banyak proses yang dijalani Rebecca hingga dia jatuh hati pada seorang pria. Rebecca melakukan kebohongan demi gengsinya, walau demikian pada akhirnya Rebecca bisa menghilangkan shopaholic syndrome. Saya tidak akan membahas mengenai filmnya karena bisa ditonton online melalui youtube.com.

Beberapa waktu lalu pernah sharing dengan beberapa orang dan juga ini pengalaman sebelum saya menikah. Menurut istilahnya shopaholic berasal dari dua kata yaitu shop=belanja dan aholic=ketergantungan yang disadari atau pun tidak. Jadi shopaholic adalah kebiasaan seseorang yang tidak mampu menahan keinginan berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja, walaupun barang yang dibeli tidak dibutuhkan. Sekitar 90% adalah wanita sering mengalami sindrom shopaholic namun bukan berarti pria tidak ada yang shopaholic.

Ada beberapa gejala shopaholic, diantaranya suka berbelanja barang-barang dan merasa puas saat berbelanja walaupun barang yang dibeli tidak dibutuhkan, namun setelah selesai belanja merasa menyesal atas barang yang dibelinya. Orang shopaholic memiliki banyak barang-barang yang tidak terhitung jumlahnya, namun dia jarang bahkan tidak pernah memakai barang tersebut. Mereka membeli hanya untuk kepuasan sesaat belanja. Tidak mampu menahan diri untuk tidak berbelanja bahkan berbohong pada orang lain mengenai uangnya yang telah habis untuk berbelanja.

Banyak penyebab mengapa terjadi shopaholic syndrome, misalnya saat stress atau cemas yang berlebihan terhadap sesuatu hal sehingga untuk meredakannya pergi ke mall atau pusat keramaian yang pada awalnya hanya bertujuan untuk cuci mata, namun akhirnya membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Adanya kebiasaan yang tidak bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan sehingga tidak memikirkan akibatnya. Sama halnya memutuskan membeli barang tanpa memikirkan terlebih dahulu manfaatnya, padahal barang yang dibeli pun tidak dibutuhkan. Dilain hal adanya rasa percaya diri yang sangat rendah, dan gaya hidup yang hedonis (materialis) dengan persepsi bahwa manusia akan dinilai berdasarkan barang-barang yang dimilikinya. Hanya karena ingin dipandang oke dan hebat di depan orang banyak. Demi menjaga image atau gengsi sehingga membeli barang-barang yang tidak ada manfaatnya dan timbullah penyesalan setelah berbelanja.

Banyak dampak negatif yang terjadi pada shopaholic seperti akan timbulnya hutang dan bahkan hutang yang menumpuk sehingga menambah stress dan tekanan ekonomi, dipecatnya dari pekerjaan karena menggunakan uang perusahaan untuk berbelanja, munculnya tindakan kriminal bahkan bunuh diri.

Adapun beberapa hal yang dapat kita lakukan yang saya pun sudah melakukannya untuk tidak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mulai sekarang coba kita amati apa saja yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Kita harus mampu menahan diri dari godaan untuk tidak berbelanja. Kita harus mampu membedakan mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan. Menulis rencana keuangan yang akan kita belanjakan per bulannya. Melakukan hal positif saat mengatasi stress seperti istirahat, ngumpul dengan keluarga, atau mengerjakan hobby kita. Sebagai manusia bukanlah human having namun manusia adalah sebagai human being. Jika shopaholicnya sudah tingkat tinggi, sebaiknya datang ke psikolog untuk diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan terapi relaksasi yang akan membantu penderita mengatasi pikiran dan perilakunya yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan belanja terus menerus.


Semoga bermanfaat.. :)

by MEYF

When The Lights is Gone

Monday, March 04, 2013 Add Comment
This is my true story from my experience, me, my sister and my parents at the hospital in Jakarta.

It has been almost four months, Rissa visited the clinic of UI for some medical examination. However, the doctors did not know about her disease. Still remember the time, in November 2007, Rissa asked me to accompany her to the hospital. But, I could not do it because I must finish my work that approaching deadlines in the office. And, finally, Rissa went with Wiwik our friend in Depok. Before Lebaran 2007, Rissa also had done medical examination in hospital at Bukittinggi, but the doctor did not find any peculiarity disease in her body. Even the doctor claimed that she was suffering the cartilage inflammation.

Family Photo
In Lebaran 2007, she had a last request for family photo, she asked to do so as soon as possible because she felt that she could not do it next year. Before these, she had also been asked me to watch JGTC (Jazz Goes To Campuss) in the UI, because she felt that only this time she could watch JGTC in her life. But, I didn't do it, and until now, I felt sorry for her.

On the recommendation and advice of the UI clinic, Rissa was referred to the surgeon in Salemba Hospital. She went alone by a train from UI Depok to Salemba. Medical Examination was carried out several times and began from October 2007. However, they did not find her disease, even she had a swelling in below her neck, and it caused difficult to breathe while sleeping on her backs. So, Rissa could only sleep by sitting against a wall with a pillow.

CT Scan 
In December 2007, Rissa did the procedure of CT scan to see in detail that swelling. CT Scan Tool is the X-ray generator, when its operation, X-ray pass through the body's tissue and it is arrested by the detector. Because of differences mass organ, so it has different result appropriate with different density. This is to be reconstructed by a computer system and produce an image that I want it.

I was shocked and sad because she might do complicated procedures to find the diseases that felt in her body. When we came into the CT Scan's room, our clothes must be sterile and should be covered with a special coat. At that time, I saw first, what CT Scan was and how the CT scan was running because I had only seen on television. At that moment I prayed that no matter would  happened to Rissa.

A few days later, we went to the laboratory at the hospital and we got the results of CT Scan. We tried to open the results with feelings of anxiety and worry. We were trying to understand the results and found at a section that claimed, she suffered a Tumor Malignant Thymus or Tumor Malignant Lymph. But this result did not shows which tumor that affects her.

Oh my God, I trembled and sat up, my tears came down. At that time, I said it was impossible, the result was wrong, maybe it was not hers, all reasons out of my mind denied that claim because it was not true. But Rissa remained calm and patient. She asked me to meet the doctor and to make sure that results. Unfortunately, there was no doctor because his practice was closed and would be open on Monday. We were confused and sad because we hope she got quick handling and quick treatment to her. We tried to calm down, and be positive to that all. We found a seat. Rissa slept and put her head on my feet. I felt her tear comes out to my trousers. And, I could not hold back my tears too. Just thought that I must keep her and found the place that she got hospitalized.


We walked around the hospital and requested hospitalized for Rissa. But we were rejected because there was no recommendation from a doctor. We were desperate, and finally back to the lodging house in Depok. We still decided, did not tell to our parents in Bukittinggi.


In the evening, I tried to cheer rissa and play the traditional game “congklak”. She just said, "Uni (sister), I want go home, I do not want sick here, please.” She was crying. I tried to cheer her up by making funny jokes, she was still crying. And, I could not hold back my tears and immediately I cried in the toilet because I didn't want to make her sad.


At that time, I pray for Allah SWT, why were not me that get a tumor, why should Rissa. I felt that was my fault for not paying attention to her. I was only busy with my work and rarely take the time to her, except Saturday and Sunday. I worked far outside the city and boarding there. So during worked on Monday until Friday, we lived separately. Sometimes, because of busy work, we met only once in two weeks.

Rissa at the hospital
In the morning, I woke up and saw Rissa sleep while sitting. I could not hold my tears, anxiety and fear. Finally, I decided to call our parents. I asked them to come here. And, our parents came directly from Bukittinggi in the afternoon. But Rizki, my youngest brother not, he left in Bukittinggi to preparing his test in senior high school.

In the night, I saw my father cried in the bedroom, although he covered it. And, my mother tried to cheer rissa. Oh God, this test too difficult for us, we did not want to see our parents were sad because we had never brought happiness to them. 

The end of December was a great day off to work, so doctors at the hospital got leave. We could not be silent with this situation. We found the traditional treatment in Sukabumi Bogor. The ride was very far and we were not familiar with that area. Althouh her condition was not good, we must keep and gave spirit to her.

Finally, on 26th December, 2007, Rissa treated in a hospital in Salemba, Jakarta. Previously, we had been rejected at a private hospital because Rissa need fast treatment, while doctors at that hospital got leave at the end of the year. While in the hospital, Rissa was strong and our parents were too patient. Although I worked at Purwakarta, that far from Jakarta, but I must commute Jakarta to Purwakarta. 

I still remember that night, on 31th December, 2007 at 12.00 a.m., she gave birthday greetings to me via text. She still remembers my birthday on 1st January. That is last birthday greetings from my sister.

As long as we were on hospital, many things are needed for her, also I was not going to let my parents do it themselves. Medical treatment, rontgen, and many other things to do. So, I decided not to work for someday, although the risk that I would be removed from the company.

While in hospital, Rissa did some serious testing procedures such as X-rays, MRI, biopsy to take a sample of the tumor. MRI did to see in detail and sensitive to the soft tissues in the body.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) is a diagnostic tool to check and detect the body by using a large magnetic field and radio frequency waves, without surgery, it uses of X-rays or radioactive materials. During the MRI examination will allow the molecules in the body to move and join to form the signals. This signal will be captured by the antenna and transmitted to a computer to be processed and displayed on the screen into a clear picture of structures inside the body cavity.

And furthermore doctors recommend surgery because the tumors had reached stage 3. Then, on 15th January, 2008, the operation was performed. The operation lasted long enough. We felt anxiety and fear, we always pray that the surgical operation went smoothly and she got heal, so she could be playing, joking and arguing with me like usually, and we were able to realize our dream.

After the operation running, Rissa is brought into the ICCU's room, in her body was mounted medical tools that I did not know what for. I saw  conditions that she felt uncomfortable and felt sick with that tools and I wanted to remove the tool from her body.

We went into the ICCU's room, I could not hold back my tears. Her friends, her lecturers and her parents' friend always assist and support her. While in the room, the first I saw was the tumor had not in her body. I'm quite relieved, although we did not know the results.

The doctor who operates Rissa called us, they told us about the result of surgical operation. My parents and I were worried. I saw that sadness and disappointment on their faces, when the doctor said that the surgical operation was failed. They could not remove the tumor because it was strong and grew up to the liver and lungs, if it continued to do, the result would be fatal for her.

I was shocked and my tears came out. Doctors just put up artificial vessel from groin to the neck, so that blood could flow smoothly into the brain and throughout the body because tumor had been blocked bloodstream to the brain. And, doctors gave advised to do a series of radiation and chemotherapy treatment, although that treatment was very small, less than 40% would be success. We just let go and pray. And, we decided to keep this information from her because the most important requires for Rissa was her passion and her confidence.

after surgical operation
A few days later, Rissa went from ICCU's room into the regular room. I saw that her condition would be better, she was also happy because there was no swelling in her body. Because of the artificial vessels, she felt the pain. It takes a long time to adjust the artificial vessels in her body.

Rissa was critical and intelligent girl, she was brave and impatient. When the doctor came to check her condition, she asked detail to the doctor about her surgical operations. Doctors only suggest to always keep spirit and prayer. And, she must perform and do a series of other treatments.

A few days after surgery, Rissa knew that surgical operation was not successful and now she had a strange object in her body. But she always be patient and always kept spirit to heal, to reach her dreams and our dreams. Someday in the hospital, I rebelled because doctor wanted to make a hole in her body to remove residual liquid after surgical operation from her body.

Before Rissa got surgical operation, when she was in the first room, we saw patients whose bodies are also filled holes and could not be heal. And, I didn't want that happening to Rissa.

The next day, many of my friends and her lecturers came to the hospital to give support and encouragement. Mrs. Lely and Rissa's Lecturer on  Computer Science of UI was also my Lecturer in Mathematics of UI. She was also often giving spirit. Many people gave spirit to her. For this all, we were really a lot of indebtedness to them.


A few days later, Rissa had been allowed to go home and we went back to the lodging house in Depok while waiting for the healing her condition and preparation for further treatment.


(To be continued…)

Disaat Sinar Mulai Redup

Monday, March 04, 2013 Add Comment

Ini adalah pengalaman aku saat aku, Rissa dan orang tua di rumah sakit.

Sudah hampir empat bulan Rissa bolak-balik pergi berobat ke klinik di kampus UI. Namun penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Masih ingat saat itu, bulan November Rissa minta ditemenin ke rumah sakit. Namun, karena pekerjaan di kantor yang cukup padat dan deadline penggajian karyawan, aku tidak bisa menemaninya. Akhirnya Rissa pergi bersama Wiwik teman satu kosan kami. Sebelumnya, saat lebaran 2007, Rissa juga sudah melakukan pengobatan di rumah sakit Bukittinggi, namun dokter juga tidak menemui keganjalan dalam tubuhnya. Bahkan divonis radang tulang rawan.

Masih ingat permintaan terakhirnya di bulan Ramadhan 2007 untuk foto keluarga, dia minta agar secepatnya untuk dilakukan. Karena takut tahun depan dia tidak bisa ikut foto keluarga. Sebelum perkataan ini keluar dari mulutnya, dia juga pernah minta ke aku untuk nonton JGTC (Jazz Goes To Campuss) di UI, karena mungkin hanya ini waktu yang bisa dia miliki. Namun, aku menyesal karena tidak meng-iya-kan ajakannya.

Atas saran dari klinik UI, Rissa dirujuk ke Dokter bedah Rumah Sakit Negeri di Salemba. Dia pergi sendiri naik kereta Api dari Depok UI ke Salemba. Pengobatan berlangsung beberapa kali dan beberapa minggu mulai dari bulan Oktober 2007. Namun penyakitnya tidak kunjung sembuh, bahkan terjadinya pembengkakan di bawah leher bagian depan, yang mengakibatkan susahnya bernafas saat tidur telentang. Sehingga jika Rissa tidur hanya bisa dengan posisi duduk bersandarkan bantal ke dinding.

CT Scan
Pada bulan Desember 2007, Rissa melakukan prosedur CT scan untuk melihat secara detail pembengkakan yang terjadi. Alat CT Scan adalah generator pembangkit sinar X yang bila dioperasikan oleh operator akan mengeluarkan sinar X dalam jumlah dan waktu tertentu. Cara kerjanya menggunakan sinar X yang akan melewati jaringan tubuh yang diperiksa dan ditangkap oleh detektor. Oleh karena adanya perbedaan masa organ tubuh yang dilewati maka gambaran yang ditangkap juga berbeda-beda densitasnya. Inilah yang akan direkonstruksi oleh sistim komputer yang canggih sehingga menghasilkan suatu potongan gambar organ tubuh.

Betapa terkejutnya kami karena prosedur yang serumit itu harus dilaluinya dan begitu banyaknya prosedur untuk mengobati penyakit yang dirasakan dalam tubuhnya. Saat kami masuk ke dalam ruangan CT Scan, semua pakaian kami harus steril sehingga harus ditutupi dengan jas ruangan. Tidak menyangka bahwa saat itu aku melihat langsung bagaimana proses CT scan berjalan, karena selama ini aku hanya melihat alat CT Scan melalui televisi. Saat itu juga aku pun berdoa, agar tidak ada hal yang dikuatirkan dari Rissa.

Beberapa hari kemudian hasilnya pun keluar. Kami pergi ke laboratorium di rumah sakit tersebut. Kami mencoba membuka hasilnya dengan perasaan was-was dan cemas. Kami berusaha memahami hasil tersebut dan tiba di suatu bagian yang menyatakan bahwa Rissa menderita Tumor Ganas Thymoma (kelenjer timus) atau Lymphoma (kelenjer getah bening). Hal ini memperlihatkan belum adanya kepastian akan jenis tumor yang diderita Rissa.

Ya Tuhan, saat itu juga kaki gemetar dan terduduk, air mata pun turun. Saat itu aku bilang itu tidak mungkin, hasilnya pasti tertukar, pasti bukan punya Rissa, semua alas an keluar dari mulutku, yang bisa membuatku tenang saat itu dengan menyangkal bahwa semuanya itu tidak benar. Namun Rissa tetap tenang, memang bawaannya yang sabar dan tenang.Dia meminta untuk kembali ke dokter memastikan hasil yang diperoleh. Namun sayang sekali, pemeriksaan Dokter sudah tutup. Kami bingung dan sedih, karena yang terpikir saat itu adalah penanganan dan pengobatan yang cepat untuk Rissa. Kami berusaha menenangkan diri dan mencari tempat duduk. Rissa pun menidurkan kepalanya di kakiku. Terasa air yang keluar dari matanya membasahi celanaku. Aku juga tidak kuasa menahan air mata ini keluar. Tetap kami mencari jalan keluar, saat itu yang terbayang adalah Rissa harus di rawat di rumah sakit.

Kami pun pergi ke ruang rawat inap di rumah sakit tersebut dan meminta agar Rissa di rawat hari ini juga. Namun kami ditolak, karena tidak ada surat rujukan dari Dokter. Kami putus asa, dan akhirnya kembali ke kosan. Dimana saat itu kami masih memutuskan untuk tidak membicarakan hal ini ke orang tua di Bukittinggi.

Pada malam harinya, aku berusaha menghibur rissa dengan main congklak yaitu permainan tradisional anak Indonesia. Dia hanya berkata, “Uni Ica ingin pulang ni ke bukittinggi, Ica nggak mau sakit di sini sambil menangis.” Aku berusaha menghiburnya dengan membuat lelucon yang lucu, namun aku tak kuasa menahan air mata dan langsung buru-buru ke toilet. Karena tidak ingin membuat adikku itu sedih.

Rissa, My Sister
Saat itu aku hanya berdoa, kenapa bukan aku yang menderita tumor, kenapa harus Rissa. Ini salahku karena sudah mengabaikan dan tidak memperhatikan adikku. Aku hanya sibuk dengan pekerjaan dan jarang meluangkan waktu untuk dia, kecuali Sabtu dan Minggu. Aku bekerja jauh di luar kota dan kos di sana. Sehingga selama kerja hari senin sampai dengan hari jumat, kami tinggal terpisah. Kadang karena kesibukan kerja kami bertemu hanya sekali dalam dua minggu.

Pagi hari, aku terbangun dan melihat Rissa tidur sambil duduk. Aku tidak kuasa menahan tangis, cemas dan takut. Akhirnya aku putuskan untuk menelpon orang tua. Sore harinya kedua orang tua kami langsung datang dari Bukittinggi. Sedangkan Rizki adik bungsuku tinggal di Bukittinggi untuk persiapan ujian.

Malam hari, aku melihat papa menangis di kamar, walau dia menutupinya. Dan mama yang berusaha tegar dan menghibur rissa. Ya Allah, ini cobaan berat sekali, tidak ingin melihat kedua orang tua kami sedih, karena kami belum pernah memberikan kebahagiaan untuk mereka.

Desember akhir adalah hari cuti besar, sehingga dokter di rumah sakit pun cuti. Kami tidak bisa diam dengan keadaan ini. Kami mengajak Rissa mencari obat tradisional di Sukabumi  Puncak. Perjalanan yang sangat jauh dan kami pun belum mengenal daerah tersebut. Kondisi Rissa yang semakin memburuk, namun tetap semangat untuk sembuh.

Akhirnya pada tanggal 26 Desember 2007, Rissa di rawat di rumah sakit di Salemba Jakarta. Sebelumnya pernah di tolak di rumah sakit swasta dengan alas an Rissa butuh penanganan yang cepat, sedangkan dokter di rumah sakit tersebut sedang mengambil cuti akhir tahun.
Saat di rumah sakit, Rissa tetap tegar, orang tua kami pun tetap sabar. Aku bolak-balik Purwakarta ke Jakarta Pusat karena pekerjaan. Masih ingat malam itu, tanggal 31 Desember 2007 jam 12 malam, dia memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada ku lewat sms. Dia masih ingat ulang tahunku tanggal 1 Januari padahal kondisinya yang sudah menurun. Ucapan selamat ulang tahun terakhir dari adikku tersayang.

Banyak hal yang dibutuhkan selama di rawat, dan tidak mungkin membiarkan orang tua kami melakukannya sendiri, pemeriksaan darah, rontgen, dan banyak hal lain yang harus dilakukan. Sehingga aku memutuskan untuk tidak masuk kerja beberapa hari. Walaupun resikonya adalah aku dikeluarkan dari perusahaan.

Selama di rawat, Rissa melakukan beberapa prosedur pemeriksaan serius seperti rontgen, MRI , Biopsi untuk mengambil sampel tumor tersebut. MRI dilakukan untuk melihat secara detail dan sensitif terhadap jaringan lunak yang ada dalam tubuhnya.

MRI( Magnetic Resonance Imaging ) merupakan suatu alat diagnostik untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. Selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh bergerak dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam.

Dan selanjutnya dokter menyarankan untuk melakukan operasi karena tumornya sudah mencapai stadium 3. Maka, pada tanggal 15 Januari 2008, operasi pun dilakukan. Operasi berlangsung cukup lama. Kami menunggu dengan penuh kecemasan dan ketakutan, kami selalu berdoa agar operasi berjalan lancar dan rissa pun bisa sembuh, Aku dan Rissa bisa bermain, bergurau dan berdebat seperi semula, dan kami pun bisa mewujudkan impian kami.
Setelah operasi berjalan, Rissa di bawa ke ruang ICCU, di tubuhnya dipasang alat-alat dan kabel yang aku tidak tahu untuk apa. Karena melihat kondisinya yang merasa tidak nyaman dan kesakitan dengan alat-alat tersebut dan aku ingin melepaskan alat tersebut.

Kami diperbolehkan masuk ke ruangan ICCU, tak kuasa menahan air mata, dosen dan teman-teman rissa yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan untuk sembuh datang melihat keadaan rissa. Saat di ruangan, pertama aku lihat adalah tumor tersebut sudah tidak ada ditubuhnya. Aku cukup lega, walaupun belum tahu hasilnya.

Tak lama kemudian, dokter yang mengoperasikan Rissa pun memanggil kami, mereka menceritakan proses dan hasil operasi. Aku, dan kedua orang tua pun merasa cemas. Tak berapa lama, terlihat kesedihan dan kekecewaan yang terpancar di wajah mereka saat dokter tersebut mengatakan bahwa operasi gagal dilakukan. Mereka tidak bisa mengangkat tumor tersebut karena sudah kuat dan tumbuh sampai ke jantung dan paru-paru, jika diangkat akan fatal akibatnya.

Setelah Operasi
Saat itu juga kakiku gemetar dan air mata pun keluar. Dokter hanya bisa melakukan pemberian pembuluh buatan yang dipasang dari panggkal paha sampai leher, agar darah bisa mengalir lancar ke otak dan seluruh tubuhnya. Karena memang saat itu pembuluh darahnya sudah tersumbat oleh tumor tersebut. Dan dokter menyarankan untuk melakukan serangkaian pengobatan yaitu penyinaran dan kemoterapi, walaupun kemungkinan sembuh itu sangat kecil tidak sampai 40 %. Kami hanya pasrah dan berdoa, dan belum memberikan informasi tersebut kepada Rissa. Karena yang terpenting adalah Rissa membutuhkan semangat dan percaya diri untuk sembuh.

Beberapa hari kemudian, Rissa sudah bisa dipindahkan dari ruang ICCU ke ruangan rawat inap biasa. Kondisinya mulai membaik, dia juga senang karena tidak ada lagi pembengkakan di tubuhnya. Namun dia merasakan kesakitan,karena pembuluh buatan yang masih belum cocok di tubuhnya. Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan pembuluh buatan tersebut di tubuhnya.

Rissa orang yang kritis dan cerdas, dia berani namun sabar. Saat dokter datang memeriksanya, dia langsung bertanya ke dokter tentang operasi yang sudah dilakukan apakah berhasil atau tidak dan tentang perkembangan penyakitnya, apakah sudah sembuh dan hilang. Namun dokter hanya menyarankan tetap semangat dan berdoa. Dan harus melakukan serangkaian pengobatan lainnya.

Beberapa hari setelah operasi, Rissa pun tahu bahwa operasinya tidak berhasil dan ditubuhnya terdapat benda asing yang menyakitkan. Namun dia tetap sabar dan semangat untuk sembuh demi meraih cita-citanya dan mimpi kami. Sempat saat di rumah sakit, aku berontak karena tubuhnya harus dilobangi dan diberi selang kecil untuk mengeluarkan cairan operasi yang masih tertinggal di tubuhnya.

Sebelum Rissa dioperasi, saat dia dirawat di ruangan rawat inap yang pertama, kami melihat pasien yang tubuhnya juga dipenuhi lobang yang tidak bisa menutup, bahkan makin membesar. Dan aku tidak ingin hal tersebut terjadi terhadap Rissa.

Hari berikutnya, banyak teman-teman dan dosen Rissa datang ke rumah sakit memberikan dukungan dan semangat pada Rissa. Dosen Rissa yang juga Dosen ku di Matematika pun juga sering memberikan semangat. Orang tua teman-teman Risa pun juga selalu datang memberikan semangat. Sungguh banyak hutang budi kami terhadap mereka.

Beberapa hari kemudian, Rissa pun sudah diperbolehkan pulang dan kami pun kembali ke kosan di Depok sambil menunggu perkembangan dan persiapan pengobatan selanjutnya.