Showing posts with label KHAS MINANGKABAU. Show all posts
Showing posts with label KHAS MINANGKABAU. Show all posts

The Natural Place for Tour in West Sumatera

Friday, March 01, 2013 4 Comments
Now, I invite you to my hometown in West Sumatera, Indonesia.

In 30th September 2009, Padang affected by earthquake about 7.6 SR. West Sumatera located between the Eurasian plate and the Indo-Australia and the fracture Semangko. All three are active seismic area. According to the seismologists, West Sumatera has a cycle of 200 years the great earthquake at the beginning of the 21st century. And now, it has been under repeated cycles.

West Sumatra is known as the Minang tribe. Friendly people and guided by the "Adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah”. It mean that Minang people is living based on the principle of rules and traditions. And tradition are based on the religion of Islam and Al Quran. All people of Minang tride are the moslem, otherwise they are not Minang tride.

“Alam takambang jadi Guru”, it mean that the universe is a teacher for our life. Many things can be a lessons and science from natural life. West Sumatra is very beautiful places and has tour place that are visited by tourists. West Sumatra is in Indonesia's westernmost region and directly related to the Indian Ocean. So it has many beaches, especially in the area of ​​Padang and Pariaman.

Besides West Sumatra is also surrounded by mountains that they are still active, it is not surprising that this area either tectonic earthquakes or volcanic. There are so many formed the lake and valley. West Sumatra has four beautiful lakes, namely Danau Maninjau,Danau Singkarak,Danau di Atas dan di Bawah, and Danau Talang.

1. Singkarak Lake 
Singkarak Lake
 Singkarak lake is the biggest lake in West Sumatra and two biggest on the island of Sumatra after Toba Lake. The lake is located in two districts namely Solok and Tanah Datar. The extent of 129.6 square kilometers with a depth of 268 meters. This lake is upstream of Batang Ombilin river. Most of the water flows through a tunnel Bukit Barisan to Batang Anai. This lake have hydropower of Singkarak. 


Ikan Bilih
Singkarak has a distance 48 km from the town of Bukittinggi. And 75 km from the city of Padang and 100 km from the city of Padang Panjang. Singkarak is very famous with ikan Bilih. Ikan bilih are the species of fish that only life in Singkarak lake. They cannot survive if they move from Singkarak lake.


2. Danau Maninjau
Maninjau Lake
It is the second largest lake in West Sumatra. Located in the district of Tanjung Raya, Agam regency. Located approximately 140 km in north of the city of Padang, 36 km from the town of Bukittinggi. Maninjau is formed by volcanic eruption of Sitinjau Mountain with a height of 461.50 m above sea level and an area of ​​about 99.5 square miles. 


Puncak Lawang
One part of the lake there are Maninjau hydropower.The highest peak of Danau Maninjau is known as Puncak Lawang. The source of water Maninjau is named Batang Sri Antokan.







Kelok 44
To reach the lake from the direction of Bukittinggi, Maninjau if it will pass through a winding road known as Kelok 44 along approximately 10 km from the Ambun Pagi. Kelok 44 mean there have 44 of winding road.






3. Di Ateh dan Di Bawah Lake 
Di Ates Lake
The lake is known for its twin lakes because there are two lakes are located very close to about 300 meters. The location of this tectonic lake in Solok. But its unique lake, the higher than sea level is called Di Bawah Lake, it mean that the lake position is below. And the closer to the surface of the sea called Di Atas Lake, it mean that the location is under than Di Atas Lake. 


Di Bawah Lake

Diateh Lake area of ​​approximately 17.20 square meters with a height of 1.6 km above sea level while Dibawah Lake area of approximately 16.90 square meters with an area of ​​866 meters are above sea level.




4. Talang Lake
Talang Lake
The lake is located near Talang Mountain in Solok. The lake is not very well known because of its location close to the Talang Mountain and it is still active. So the lake is a prohibited area for tourists. The lake is located 4.5 miles from Twin Lakes. Because the lake is close to Talang Mountain, so that any volcanic dust blanketed much of the area.




That some of the natural places for tour in West Sumatera...
You can visit there...and enjoy it beautifull natural scene of lake...

Wisata Alam - Danau di Sumatera Barat

Thursday, March 15, 2012 Add Comment
Sumatera Barat dikenal sebagai penduduk suku Minang. Penduduk yang ramah dan berpedoman pada "Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah. Orang Minang hidup diatur dengan adat dan adat tersebut bersumberkan pada Alquran. Sehingga penduduk Minang adalah orang muslim. Sehingga dahulunya, masyarakat Minang berpedoman bahwa yang bukan Muslim, berarti bukan orang Minang.

Alam takambang jadi guru, banyak hal yang dapat diambil pelajaran dan ilmu dari kehidupan alam, apalagi alam Sumatera Barat yang sangat indah dengan tempat-tempat wisata yang tersebar dari hulu sampai hilir.
Sumatera Barat yang berada di daerah paling barat Indonesia, sebelah barat langsung berhubungan dengan Samudra Hindia. Sehingga memiliki banyak pantai terutama di daerah Padang dan Pariaman. 

Selain itu Sumatera Barat juga dikelilingi gunung-gunung yang masih aktif, tidak heran bahwa daerah ini terjadi gempa baik tektonik ataupun vulkanik. Akibatnya terbentuklah danau dan lembah.
Sumatera Barat memiliki empat danau nan indah, yaitu Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau Di Ateh - Di Bawah, dan Danau Talang.

1. Danau Singkarak
Merupakan danau terbesar pertama di daerah Sumatera Barat dan kedua di pulau Sumatera. Danau ini terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Luasnya mencapai 129.6 km persegi dengan kedalaman  268 meter. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Sebagian air dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk mtnggerakkan generator PLTA Singkarak.Danau Singkarak memiliki jarak 48 km dari kota Bukittinggi. Dan 75 km dari kota Padang melalui kota Solok serta 100 km dari kota Padang melalui Padang Panjang.

Danau Singkarak terkenal dengan ikan bilihnya. Ikan bilih merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau Singkarak dan menjadi salah satu khas makanan dari daerah ini. Uniknya ikan ini tidak dapat bertahan hidup jika dipindahkan dari danau Singkarak.





2. Danau Maninjau

Danau Maninjau

Merupakan danau terbesar kedua di Sumatera Barat. Terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Lokasinya sekitar 140 km sebelah utara kota Padang, 36 km dari kota Bukittinggi dan 27 km dari Lubuk Basung (ibukota Kabupaten Agam). 









Puncak Lawang


Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang terbentuk karena letusan gunung Sitinjau (Legenda http://mellyeyf.blogspot.com/2012/03/asal-usul-danau-maninjau.html) dengan ketinggian 461,50 m di atas permukaan laut dan luas sekitar 99,5 km persegi. Salah satu bagian danau terdapat PLTA Maninjau. 
Puncak tertinggi danau Maninjau dikenal dengan Puncak Lawang.

Kelok -44

Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.


3. Danau Diateh dan Danau Dibawah
Danau Dibawah
Danau Diateh
Danau ini dikenal dengan danau kembar karena ada dua danau yang letaknya sangat dekat sekitar 300 meter. Letak Danau tektonik ini di Kabupaten Solok. Namun uniknya Danau yang berada lebih tinggi dari permukaan laut disebut Danau Dibawah dan danau yang berada di lebih dekat dengan permukaan laut disebut Danau Diatas. Luas Danau Diatas sekitar 17,20 meter persegi dengan ketinggian 1,6 km di atas permukaan laut sedangkan Danau Dibawah dengan luas 16,90 meter persegi berada 866 meter di atas permukaan laut. 

4. Danau Talang
Danau Talang
Danau yang berada dekat gunung Talang Kabupaten Solok. Danau ini tidak terlalu terkenal karena lokasinya  berada dekat dengan Gunung Talang yang masih aktif. Sehingga kawasan danau ini menjadi kawasan terlarang bagi wisatawan. Danau ini berada 4,5 km dari Danau Kembar. 
Karena Danau Talang dekat dengan Gunung Talang, sehingga debu-debu vulkanik pun banyak menyelimuti daerah tersebut.
Asal terbentuk danaunya belum diketahui kemungkinan aktivitas vulkanik gunung Talang.

Sumber : Wikipedia.com dan penduduk setempat

Asal Usul Danau Maninjau

Tuesday, March 13, 2012 Add Comment
Asal Usul Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah danau yang terletak di Kabupaten Agam Sumatera Barat.Danau ini adalah danau vulkanik yang memiliki luas lebih kurang 99 km2 dan kedalaman mencapai 495 meter. Menurut tambo, pada mulanya Danau Maninjau adalah gunung berapi diberi nama gunung Tinjau yang dipuncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Tapi menurut mereka, karena ulah manusia, gunung tersebut meletus dan membentuk sebuah danau yang luas.
Gunung Tinjau yang puncaknya terdapat kawah yang luas dan dikaki-kakinya terdapat perkampungan dengan mata pencarian bertani. Apalagi dekat gunung yang memiliki tanah yang sangat subur. Salah satu perkampungan tinggallah sepuluh orang bersaudara, sembilan orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang bungsu. Anak pertama bernama Kukuban dan anak bungsu bernama Sani. Orang tua mereka sudah lama meninggal dan mereka dibimbing oleh mamak (paman) mereka yang bernama Datuk Limbatang.

Datuk Limbatang seorang mamak kampung yang memiliki seorang putra bernama Giran. Suatu ketika Datuk Limbatang kerumah Bujang Sambilan bersama istri dan anaknya Giran. Disanalah Giran dan Sani saling jatuh hati. Sejak itu mereka saling menjalin hubungan kasih tanpa sepengetahuan lainnya, karena mereka takut akan timbul fitnah. 

Saat musim panen tiba, penduduk kampung memperoleh hasil yang melimpah, sehingga mereka dan pemuka adat mengadakan acara gelanggang adu ketangkasan bermain silat. Disana ikutlah Kukuban dan Giran, mereka memperoleh kesempatan untuk saling adu silat. Giran menang dan Kukuban kalah karena bermain curang, sehingga menyebabkan kakinya patah tulang. Hal ini membuat dendam Kukuban terhadap Giran.

Beberapa bulan kemudian Sani dan Giran semakin yakin bahwa mereka ingin melanjutkan hubungan yang sah dan diakui agama dan masyarakat. Bermaksud datanglah Giran dan kedua orangtuanya ke rumah bujang nan sambilan untuk meminang Sani. Hal ini tentu membuat bujang nan sambilan sangat senang dan menyetujui hubungan ini. Namun, tiba-tiba datanglah Kukuban yang menolak mentah-mentah hubungan tersebut. Hal ini dipicu karena dendamnya terhadap Giran saat pertandingan. Akhirnya perdebatan pun terjadi, namun Datuk Limbatang yang bijaksana tidak dapat memaksakan kehendak tersebut kepada Bujang Sambilan.
Berhari-hari kedua pasangan itu berpikir namun tidak menemukan jalan keluarnya. Sehingga mereka memutuskan untuk bertemu di suatu tempat. Mereka berunding di tepi sungai, saat Sani beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Sani jatuh dan sarungnya robek. Giran pun menolong Sani. Pada saat itu
tiba-tiba ada warga dan bujang nan sambilan memergoki mereka, dan menuduh mereka berbuat yang tidak pantas. Mereka melakukan pembelaan begitu juga dengan Datuk Limbatang, namun tidak berhasil. Akhirnya mereka dihukum dan dibuang ke kawah gunung Tinjau. 


Sebelum dibuang, mereka berdoa, "Ya Tuhan, Mohon dengar dan kabulkan doa kami, jika kami memang bersalah, hancurkanlah tubuh kami di dalam air kawah gunung yang panasini. Akan tetapi, jika kami tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan!"


Tiba-tiba Giran dan Sani melompat ke kawah dan beberapa saat kemudian gunung Tinjau pun bergetar dan meletus, semua orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bujang Sambilan pun menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang sangat luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Masyarakat menamakannya Danau Maninjau.

Asal Usul Nama Minangkabau

Tuesday, March 13, 2012 Add Comment


Sumatera Barat dikenal dengan suku Minangkabau. Menurut sumber (Samsuni), salah satu nagari Minangkabau yang berada di wilayah kecamatan Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. 
Dahulu kala, di Sumatera Barat terdapat sebuah kerajaan Pagaruyuang yang dipimpin oleh seorang raha yang adil dan bijaksana sehingga rakyatnya hidup aman, tenang dan damai. Namun ketentraman tersebut terusik oleh adanya kabar penyerangan kerajaan dari Pulau Jawa (menurut sumber Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Majapahit).Hal ini membuat Kerajaan Pagaruyuang pun tidak tinggal diam. Raja, petinggi adat dan alim ulama pun berunding. Mereka orang yang bijaksana dan tidak menyukai kekerasan karena akan merugikan dan menyengsarakan rakyat. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak melawan dengan kekarasan dan peperangan, namun  mengajak berunding dengan Kerajaan Majapahit.
Mereka mendatangi pasukan Kerajaan Majapahit dan malah menunjukkan sikap yang sopan dan 
menerima Kerajaan tersebut selayaknya tamu terhormat yang datang. Mereka dijamu dengan makanan yang lezat dan sikap yang ramah. Tentu saja hal ini membuat Kerajaan Majapahit menjadi heran, karena mereka mengira akan adanya penyerangan dari Kerajaan Pagaruyuang.

Raja Pagaruyuang menemui Kerajaan Majapahit dan bertanya (pura-pura tidak mengetahui maksud dan kedatangan Kerajaan Majapahit). Kerajaan Majapahit pun menjelaskan maksud kedatangan mereka yaitu untuk menaklukkan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung menerima dengan baik hal tersebut, namun, Kerajaan Pagaruyung mengusulkan untuk menghindari pertumpahan darah antara kedua pasukan kerajaan, maka diganti dengan adu kerbau. Usulan ini diterima oleh Kerajaan Pagaruyung. Dengan syarat jika kerbau milik Kerajaan Pagaruyung kalah, maka Kerajaan Pagaruyung dikatakan takluk dan jika kerbau milik Kerajaan Majapahit kalah, mereka akan dibiarkan kembali ke Pulau Jawa dengan damai.
Daerah Sumatera Barat adalah daerah pertanian, dan kerbau adalah salah satu hewan 
yang sangat dibutuhkan dalam mengolah lahan pertanian. 

Dalam kesepakatan tersebut tidak ditentukan jenis atau ukuran kerbau yang akan diadu. Pasukan Majapahit memilih kerbau dengan ukuran yang sangat besar, karena menurut mereka lebih kuat dan berani. Sedangkan dari Kerajaan Pagaruyung memilih kerbau yang masih bayi dan menyusu. Hal ini ada alasannya, orang awak yang dikenal dengan orang yang cerdik dan banyak akal. Bayi kerbau tersebut dipisahkan selama beberapa hari dari induknya dan mereka menaruh dua pisau di kepala dekat (sebagai tanduk) anak kerbau tersebut. Hal ini tidak ada larangan dalam perjanjian sebelumnya.

Pertandingan pun dimulai, kerbau Kerajaan Majapahit sangat besar dan kerbau Kerajaan Pagaruyung yang sangat kecil. Suasana di tanah lapang pun ramai. Kerajaan Majapahit meremehkan kerbau ingusan dan kecil, dan yakin akan dapat dikalahkan. Namun apa yang terjadi,ternyata mereka dikejutkan oleh jatuhnya kerbau Majapahit, karena Kerbau Pagaruyung mengejar kerbau besar tersebut. Kerbau Pagaruyuang yang tidak diberi makan dan Asi induknya, menjadi kelaparan dan mengira bahwa kerbau Majapahit adalah induknya.Pisau dikepalanya pun menyayat dan mengenai badan kerbau besar. Karena terkena tusukan beberapa kali, akhirnya kerbau besar pun roboh dan terkapar. Rakyat Pagaruyung pun bersorak-sorak kegirangan, sambil berteriak "Manang kabau...., Manang kabau..."

Akhirnya pasukan Majapahit dinyatakan kalah dalam pertandingan tersebut, dan mereka pun diizinkan untuk kembali ke Majapahit Pulau Jawa. Kemenangan kerbau Pagaruyung pun tersebar keseluruh pelosok negeri. Kata "Menang kabau" yang berarti menang kerbau pun menjadi pembicaraan rakyat dimana-mana, sehingga pengucapannya pun lama-lama berubah menjadi kata "Minang". Sehingga sejak itulah, tempat itu dinamakan Nagari Minangkabau. 

Hal ini juga menjadi acuan bagi rakyat Minangkabau, salah satunya dalam menentukan bentuk atap rumah adat dan baju adat yang menyerupai tanduk kerbau.

Rumah Gadang Minang Kabau

Saturday, April 16, 2011 2 Comments

Rumah adat Minangkabau dikenal dengan sebutan Rumah Gadang. Rumah Gadang yang memiliki bentuk unik, atap yang runcing dan dikenal juga dengan Rumah Baanjuang atau Rumah Bagonjong. Rumah Gadang maksudnya Rumah Besar, selain ukurannya yang besar, kegunaannya dalam kehidupan Minang juga besar.
Rumah Gadang selain tempat tinggal juga tempat melaksanakan kegiatan adat-adat Minang.
Rumah gadang terdiri dari beberapa bilik/kamar yang memiliki jumlah yang ganjil, bisa lima, tujuh atau bahkan lebih tergantung pada penghuni Rumah Gadang tersebut. Jumlah kamar disesuaikan dengan jumlah anak perempuan yang ada di rumah tersebut. Setiap anak perempuan yang sudah menikah akan mendapatkan satu kamar/bilik. Sedangkan perempuan tua dan anak-anak akan mendapatkan kamar di dekat dapur.
Ukuran bilik adalah 1/3 dari Rumah Gadang, sehingga 2/3 adalah untuk ruang umum. Hal ini memiliki makna bahwa orang minang lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pola Rumah Gadang berbentuk kapal yaitu kecil ke bawah dan besar ke atas. Rumah Gadang merupakan ruang lepas kecuali kamar/bilik. Di tengah-tengah ada tiang yang jumlahnya tergantung pada ukuran Rumah Gadang. Yang menarik dari tiang/tonggak utama disebut Limpapeh. Dalam kehidupan masyarakat Minang dikenal dengan ungkapan Bundo Kanduang Limpapeh Rumah Nan Gadang. Artinya seorang ibu menjadi tumpuan kekuatan dari sebuah Rumah Gadang.
Dalam masyarakat Minang kedudukan Ibu memiliki kedudukan istimewa, sangat penting dan menentukan. Setiap Rumah Gadang akan dikelola oleh seorang Ibu (Bundo). Makanya Ranah Minang adalah Rananya Perempuan. Sehingga sistem di Minangkabau adalah sistem Matrilinial menurut keturunan garis Ibu.
Atap Rumah Gadang yang runcing menyerupai tanduk kerbau. Dan ditutupi dengan ijuk yang dapat tahan sampai lebih dari 20 tahun. Namun sekarang atap lebih banyak menggunakan seng.
Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu Rumah Gadang dinamakan Rumah Baanjuang.

Di halaman Rumah Gadang terdapat Rangkiang sebagai tempat menyimpan Padi.

Rangkiang juga berbagai macam nama dan kegunaannya. Ada yang digunakan untuk keperluan pribadi dan ada yang digunakan untuk menyimpan beras kebutuhan bersama masyarakat.
Dinding Rumah Gadang dihiasi dengan ukiran-ukiran nan rancak. Dan semua ukiran memiliki arti dan makna dalam kehidupan.

Setiap elemen yang ada di Rumah Gadang merupakan simbol dan memiliki makna bagi kehidupan masyarakat Minang.