Showing posts with label MIND SET. Show all posts
Showing posts with label MIND SET. Show all posts

~ KATAKAN "TIDAK" ~

Tuesday, September 16, 2014 Add Comment
Pernahkah Anda merasa menyesal saat melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin Anda lakukan? Pernahkan Anda merasa segan untuk melakukan penolakan? Pernahkan Anda merasa berat hati saat mengatakan TIDAK kepada sahabat Anda? Saya yakin kita sebagai orang timur memiliki sikap yang selalu mempedulikan orang lain ketimbang diri sendiri. Kadang kita tidak memikirkan apakah mereka juga akan bertindak seperti itu terhadap kita. 

Saat seorang sales datang ke rumah Anda menawarkan produk sehingga Anda pun terpengaruh untuk membelinya. Padahal sebelumnya tidak ada sedikit pun niat untuk membeli produk tersebut karena kondisi keuangan. Namun rasa tidak enak, rasa iba atau pun rasa gengsi pada diri Anda sehingga tidak ada keberanian menolak untuk tidak membelinya. Apa yang Anda dapat, tentu penyesalan dan tekanan memikirkan cicilan yang harus dilunasi berikutnya.

Saat atasan meminta Anda untuk melakukan suatu pekerjaan tambahan. Dan pada saat itu kondisi Anda sudah overload  karena takut dianggap tidak profesional, Anda pun menerima pekerjaan itu. Apa yang Anda dapatkan? Berbagai tekanan terhadap pekerjaan, hasil yang tidak memuaskan dan juga kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan akan membawa Anda kepada hal yang salah, sehingga orang lain menganggap Anda sebagai pekerja yang tidak profesional. Ini adalah akibat dari tidak berani berkata TIDAK.

Kita punya hak untuk berkata TIDAK untuk kepentingan diri kita sendiri yang nantinya demi kebaikan bersama. Kita memiliki hak untuk berkata TIDAK demi hasil yang memuaskan bagi diri sendiri dan orang lain. Kita berhak berkata tidak untuk menjadi pribadi yang tegas terhadap diri sendiri dan orang lain. Walaupun dengan berkata TIDAK akan ada resiko yang kita ambil, bukankah dengan berkata IYA pun akan menanggung resiko. Karena setiap keputusan yang kita ambil pasti terdapat resiko di dalamnya.

Pernah ada seorang sahabat yang sudah merasa lelah dengan tanggungjawabnya dalam menangani suatu tugas, namun karena tidak berani berkata TIDAK dan takut dicap sebagai tidak profesional, dia tetap menjalaninya. Walaupun pemikiran ini sebagai bentuk bahwa tidak ada yang tidak mungkin, namun jika diri kita sudah sangat lelah dan berakibat pada kesehatan serta daya konsentrasi, tidak ada salahnya kita berkata TIDAK untuk melanjutkan pekerjaan tersebut. Daripada kita merasa tertekan jika tidak mampu menyelesaikan permintaan dan tugas yang diberikan, daripada kita berkeluh kesah terhadap kondisi tersebut namun tidak memberikan hasil yang positif, adabaiknya kita berani untuk berkata TIDAK. Hal ini tidak dikaitkan dengan pemikiran bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Namun segala sesuatu itu ada hal dimana kita bisa menolaknya untuk mendapatkan hal terbaik lainnya.

Berkata TIDAK dilakukan untuk mendapatkan keadilan bagi diri kita sendiri. Keadilan untuk menolak sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hati kita. Keadilan untuk menjadi pribadi yang tegas dan keadilan untuk menjadi pribadi yang berani dan percaya diri. Jadi, berani berkata TIDAK bukanlah suatu hal yang negatif. Ini adalah bentuk profesional kita bahwa kita mengetahui kapasitas diri kita, sehingga kita mampu melakukan tanggung jawab yang diberikan kepada kita dengan baik dan mampu memberikan keputusan yang adil bagi diri kita. Tidak ada salahnya memanjakan diri dengan berkata TIDAK.


Untuk saya pribadi, pada mulanya sangat sulit untuk berkata tidak. Namun saya sudah membiasakan diri untuk berani berkata tidak dan yakin akan keputusan yang saya pilih, walaupun terdapat resiko didalamnya. Namun melalui resiko tersebut saya belajar kehidupan baru.

So...masih tidak beranikah Anda berkata TIDAK ???
:)


By MEYF

DEBATING (ARGUING) DOESN'T MEAN TO FIND THE WINNER AND THE LOSER

Monday, September 15, 2014 Add Comment
We were created by God and we have an excess the mind and the heart than other living things. So lucky we are, if we are able to use both of them in the right condition. We cannot avoid to live alone and we need other people to interact each other. Every day we exchange ideas and sharing each other pertaining to life. We feel what they feel although we face the condition that is inconsistent with us at that time. So, in this case we need mind and heart to maintain and control our emotional. 

In our life, we couldn't separate from debate or argue with other. We will think this word “debate” is too hard and usually face in academics or officials that we often see on TV. The fact we often do debate for various topics with our family member, friends or colleague. It begins from low topic about our experience into serious topic such as about the world and its problems.  

Sometime, we get emotional in debating as long as the result of the wrong purpose for debating, it doesn't to find the solution but to decide who the winner and who the loser. Emotional appears because of egotism to ask and force others to follow us that it is not necessarily true. Sometime emotional appears because of prestige that consider ourselves more powerful than others, then we feel no respect each other people's opinions. This is not good and it will certainly appear dispute and crack our relationship with others.

My opinion about debating with others are not to show that I am powerful, I know first than you, I am the person who must be respect first by you. But for me, debating is the way to exchange mind with others. Maybe they have more knowledge than me. And, the end of debating does not mean to find the winner or the loser, but to find the solution and new good information that we can combine with our opinion, so it will be useful for others in public. We would not be respected if we aren't able to respect others, it is the same in debating. If we hope our opinion will be respected or accepted by them, we must respect them first without egotism and underestimate their opinion.

When we are debating, we must know with whom we argue. We must know their character, their background and their education, and through this, we will understand them and we are able to deal with good debating. We must consider the time and the condition of debating. If we debate in forum or public, we should do elegant debate without bad emotional like fist fighting. We should use our logic, heart and professional opinions. It is not an appropriate use of words that strike such as “You are wrong!” or “You don't understand what we are talking about!” or any words that is annoying others when we are debating. Do debating with intelligent and smart arguments and not fist fights. At least the way we talk to show who we are a whole of intelligent, smart, emotional and mentality.

When I worked at private company, at the minutes of meeting, we faced debating and sometime we didn't have good result. Have you heard about the proverb of Indonesia “Sing Waras Ngalah”, it means the smart and intelligent people shouldn't continue badly debating and give in to it. It doesn't mean we are a loser, it shows maturity in accepting the opinions of others, even though we know that their opinion is not appropriate, it just for a while, believe that the truth will inevitably occur. We don't decide to find who the winner and the loser except for competition of debating in academic. But we debate to find the solution and to get the new information. If the condition forces to let their opinion to be accepted as a winner, let it be. This means we are the great man who has big hearts and be a winner for them. It doesn't mean we are a loser, but the fact we are a winner for them. Is that not the rich people are able to make other be rich because they had what the people have not owned.

For me in some conditions, I strict for debating, and it is fair if we face someone who couldn't be able to introspection themselves about their egotism in debating. This doesn't mean we drop them in public, but to remind them about their bad habit in debating. Introspection ourselves, know the character, and mastering the topics are the key of debating doing well and give the appropriate solutions.

So, now we should correct ourselves before we argue with others so that they don't feel underestimate and be offended, we should give the right decision and useful for others. Give in to debate are the winner, because the winner to give a win for other, and don't worry, believe that the truth will inevitably occur.


By MEYF 

~ PERDEBATAN BUKAN MENCARI KALAH ATAU MENANG ~

Monday, September 15, 2014 Add Comment
Setiap manusia diciptakan memiliki kelebihan yaitu akal dan hati. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, beruntunglah kita bisa memanfaatkan keduanya dalam kondisi yang tepat. Menjalani hidup yang selalu berinteraksi dengan orang lain adalah salah satu kebutuhan yang sukar untuk dihindari. Setiap hari kita bertukar pikiran dan sharing mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan bahkan menemui kondisi yang tidak sejalan dengan kondisi kita saat itu. Nah..dalam hal ini akal dan hati sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mengontrol emosional yang timbul.
Dalam kehidupan kita pasti tidak akan terpisahkan dari hal yang namanya berdebat. Satu kata yang mungkin terasa keras dan biasanya ditemukan dikalangan akademisi atau pun pejabat yang sering kita lihat di televisi. Namun kenyataannya kita sering melakukan perdebatan dengan topik yang berbeda-beda, baik dengan keluarga, teman sejawat atau pun kolega kerja kita. Mulai dari topik yang ringan mengenai pengalaman hingga topik yang terlalu berat mengenai dunia dan segala macam masalahnya.

Kadang dalam perdebatan kita menemui adanya emosi yang timbul akibat tujuan dari perdebatan yang salah, yaitu bukan mencari solusi namun mencari siapa yang kalah dan siapa yang menang. Emosi juga timbul karena keegoisan untuk menuntut dan memaksa orang lain mengikuti kata hati kita yang belum tentu itu benar. Kadang emosi timbul karena gengsi yang menganggap diri kita lebih hebat dari lainnya, sehingga timbul rasa tidak menghargai pendapat orang lain. Bukankah hal ini sangat tidak baik jika dibiarkan berkembang dalam diri kita dan tentu akan muncul perselisihan atau keretakan hubungan kita dengan orang lain.

Saya berpendapat bahwa perdebatan dengan orang lain bukanlah mengumbar bahwa saya orang hebat, atau saya lebih tahu dari Anda, atau saya adalah orang yang harus Anda hormati. Namun perdebatan adalah suatu cara membantu kita untuk bisa bertukar pikiran dengan orang lain yang mungkin mereka lebih banyak mengetahui informasi daripada kita. Dan akhir dari perdebatan bukanlah menang atau kalah, namun solusi atau informasi tambahan penting yang kita peroleh dari orang lain yang dapat kita kombinasikan dengan informasi yang kita miliki, sehingga nantinya bermanfaat bagi orang banyak. Bukankah kita akan dihormati jika kita sudah menghormati orang lain, begitu juga halnya dalam perdebatan, jika kita menginginkan pendapat kita dihormati orang lain, maka hormati dan hargailah pendapat orang lain tanpa ada egois dan meremehkannya.

Saat berdebat pun kita juga perlu perhatikan dengan siapa kita berdebat, baik mengenai watak, latar belakang atau pun pendidikan mereka. Melalui hal ini kita mampu memahami mereka dan mengerti bagaimana mensiasati perdebatan. Waktu dan kondisi perdebatan pun harus kita perhatikan. Berdebat dalam forum/resmi sebaiknya dilakukan dengan cara yang elegan tanpa adanya emosi bak adu jotos, kita gunakan logika, hati  dan pendapat-pendapat yang profesional. Tidak baik menggunakan kata-kata yang menyerang seperti “Anda salah besar!” atau “Anda tidak paham dengan apa yang kita bicarakan” atau pun kata yang menjengkelkan orang lain saat berdebat. Berdebatlah dengan argumen yang cerdas dan bukan adu jotos, setidaknya cara berbicara kita akan menunjukkan siapa diri kita secara keseluruhan dari kecerdasan, emosional dan mentalitas.

Saat saya kerja di sebuah perusahaan dan ada perdebatan dalam rapat yang kadang tidak membuahkan hasil yang baik. Dan saya sering mendengar kata “Sing Waras Ngalah” artinya orang yang waras dan berpikiran logis silahkan mengalah. Dalam perdebatan, mengalah bukan berarti mencari siapa pemenang dan siapa yang kalah, namun dengan mengalah menunjukkan sikap kedewasaan dalam menerima pendapat orang lain, walaupun kita tahu bahwa pendapat mereka salah, namun bukankah kebenaran itu pasti terungkap. Jadi membiarkan orang lain memenangkan pendapatnya berarti kita sudah menjadi orang yang berjiwa besar dan berhati sebagai pemenang bagi orang lain. Bukankah orang kaya adalah orang yang mampu mengkayakan orang lain. Karena mereka lebih dahulu memiliki apa yang belum dimiliki orang tersebut.

Namun, bagi saya kadang memberikan ketegasan dalam hal perdebatan adalah wajar, jika menemukan orang yang tidak mampu introspeksi diri mengenai keegoisannya dalam berdebat. Karena hal ini bukan untuk menjatuhkannya didepan umum namun untuk mengingatkannya bahwa orang pun tidak menyukai cara berdebatnya. Tetap introspeksi diri, mengenali watak orang yang kita ajak berdebat dan menguasai bidang perdebatan adalah kunci agar perdebatan bisa berjalan dengan baik dan memberikan solusi yang tepat.

So...mulai sekarang ada baiknya kita mengoreksi diri kita sebelum kita berdebat dengan orang lain agar orang tersebut tidak merasa diremehkan, tidak tersinggung atau pun mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berguna bagi orang lain. Mengalah dalam perdebatan adalah orang yang mampu memberikan kemenangan bagi orang lain, dan kebenaran pasti akan terungkap.

By MEYF



TERSENYUMLAH .... :)

Thursday, September 11, 2014 Add Comment
Senyum, semua kita sebagai manusia pasti pernah tersenyum. Senyum adalah salah satu ekspresi wajah saat kita merasa bahagia atau menerima suatu keadaan dengan senang. Senyum kadang terjadi untuk menutupi rasa malu yang ditunjukkan melalui mulut, gigi atau pun mata. Rasulullah SAW bersabda bahwa “Tersenyum ketika bertemu saudara kalian adalah termasuk sedekah.”
Tersenyum adalah sesuatu hal yang sangat sepele namun kadang sulit dilakukan oleh sebagian orang. Harus diperhatikan juga bahwa jangan terlalu keseringan tersenyum tanpa sebab yang memberikan persepsi negatif dari orang kepada kita. Banyak manfaat dari tersenyum baik untuk kesehatan, psikologis, sosial atau pun agama.

Pernah kita memberikan senyuman kepada orang lain bahkan orang yang belum kita kenal. Tentu perasaan bahagia yang kita terima saat mereka membalas senyuman kita. Mungkin sama bahagianya saat kita mendapatkan kabar berita baik atau pun hadiah. Saat kita sendiri dalam keadaan sedih, cobalah untuk tersenyum, pasti akan terasa perubahan positif dalam diri kita.

Tersenyum itu memiliki manfaat yang banyak dalam diri kita dan lingkungan sekitarnya. Menurut Guillaume Duchenne, seorang ahli neurologi Perancis bahwa senyuman dapat menggerakkan otot-otot bagian mulut, pipi dan mata. Dalam kesehatan saat tersenyum maka 16 otot muka digerakkan untuk membentuk senyuman manis dan 43 otot muka digerakkan untuk membentuk muka masam (cemberut). Jelas perbandingan yang besar dan membutuhkan energi lebih banyak saat kita cemberut dibandingkan tersenyum.

Menurut Davis dan Palladino bahwa ekspresi wajah saat tersenyum mempengaruhi emosi dan perlakuannya. Bayi tersenyum sebanyak 400 kali dibandingkan orang dewasa yang hanya 15 kali. Betapa indahnya dan senangnya hati kita saat melihat bayi tersenyum. Saat tersenyum juga mengeluarkan endorphins sejenis zat kimia yang dihasilkan oleh otak untuk mengurangi rasa sakit. Karena itulah senyum bisa meningkatkan mood kita dan juga menghilangkan rasa stress yang buruk.
Percayakah kita bahwa senyum itu dapat menular bagaikan suatu penyakit yang ditularkan melalui virus. Bahkan lebih cepat penularannya dibandingkan penyakit yang berbahaya. Namun senyum adalah penyakit bahagia, senyum menyebarkan virus kebahagiaan dan kesenangan. Saat kita senyum virus kebahagiaan akan tertular kepada orang yang kita beri senyum, sehingga mereka pun mengidap virus kebahagiaan dengan memberikan senyuman kepada kita.

Penelitian dari Pusat kesehatan California menjelaskan bahwa mengenai stress. Stress terbagi atas dua yaitu stress baik dan stress yang buruk. Senyum adalah termasuk stress yang baik. Ada fakta indah lainnya mengenai senyum, Marianne LaFrance mengatakan bahwa wanita tersenyum lebih banyak dibandingkan pria, dan wanita mampu mendeteksi senyum palsu dan tulus dari seseorang.
Betapa indahnya jika kita tersenyum, hal sepele namun memberikan manfaat yang sangat banyak bagi kita dan lingkungan. Dan dalam Islam tersenyum adalah salah satu bentuk ibadah sedekah kepada orang lain. Maka tersenyumlah...

Lirik lagu Raihan “Senyum”
Senyuman... Senyuman.Senyum Tanda Mesra. Senyum Tanda Sayang. Senyumlah.. Sedekah Yang Paling Mudah. Senyum Di Waktu SusahTanda Ketabahan. Senyuman Itu Tanda Keimanan. Senyumlah Senyumlah Senyumlah Senyumlah. Hati Yang Gundah Terasa Senang. Bila Melihat Senyum Hatikan Tenang. Tapi Senyumlah Seikhlas Hati. Senyuman Dari Hati Jatuh ke  Hati....

By MEYF


Reference :
ms.wikipedia.org/wiki/Senyum

http://lirik.kapanlagi.com/artis/raihan/senyum

"KNOW CAN DO" - APPLY WHAT WE KNOW INTO ACTION

Tuesday, August 26, 2014 Add Comment
This morning I open my big cupboard that is more collection of books there. We collected more book like school, novel, comic, Islamic book and management book. At that time my eyes just fixed on one book, its title is “Know Can Do”. It was written by Ken Blanchard as extraordinary writer, Paul J. Meyer as great entrepreneur and Dick Ruhe as master motivator.

This book teaches us how to apply knowledge into action. How to manage ourselves and our motivation effectively. Learning is the way from know into action. The success learning if we are able to apply what we have known into our life and it makes habit.

The fact that we always meet and we have experience that we have high motivation after we get new information and new knowledge. Is it useful if we are not able to apply it and follow up? We are a human has limited such as time, act, knowledge, etc. Limited to remembering. People who just hear are able to remember only 50%, after 24 hours they will forget about 50%. And, the end month they are able to remember only less than 5%. So, we need solution for this condition.

When we learn something, we need a note as reminder. When we listen a teacher or a trainer, we should write in a note the main points from them.  This note is useful as reminder when we forget. We can apply this in school or work field. Write the main point from meeting or while we are doing some work at that time. There are three thing that people don't want to learn and cannot be able to apply what they have known :
  1. Overload of information. This looks like overdose of information. We can solve this by accepting/sharing information little by little, but often, so easy to learn and understand.
  2. Negative filtering. It will block our progress. This act is difficult to change. So, we should learn positively, positive expectations and open to new things without any prejudice and presumption.
  3. Lack of follow up. If we just know and want to know, it cannot change and it cannot apply what we have known. So, we need motivation for learning to do and we have planning on what we have learned.
From the three items above, one key to solve gap between know and do is REPETITION- REPETITION - REPETITION. We always repeat what we have known and learn into in a habit. Then, we must be able to share what we know and teach others. In other words, it is important to have good follow up after learning.

So, Know Can Do... eliminate the gap between knowledge and action, between what we know to what we done through repetition.

Hope this is useful, I share from what I have read, learn and know. Then, I try to repeat by reading more and sharing other.

By MEYF  



"KNOW CAN DO" - MENERAPKAN PENGETAHUAN ANDA KE DALAM TINDAKAN

Tuesday, August 26, 2014 Add Comment
Hari ini saya coba buka sebuah lemari berukuran besar yang isinya koleksi buku-buku kami. Banyak buku-buku yang kami simpan mulai dari buku sekolah, novel, komik, buku rohani Islam hingga buku manajemen. Namun pada saat itu mata saya tertuju pada satu buku "Know Can Do" merupakan buku luar yang ditulis oleh Ken Blanchard seorang penulis luar biasa bersama Paul J. Meyer seorang pengusaha hebat dan Dick Ruhe seorang motivator ulung. 
Buku terjemahan yang mengajarkan kita bagaimana menerapkan pengetahuan ke dalam tindakan. Bagaimana mengelola diri kita dan memotivasi diri kita secara efektif. Belajar adalah suatu perjalanan dari mengetahui ke melaksanakan. Pembelajaran yang suskes jika kita mampu menerapkan apa yang kita ketahui ke dalam kehidupan kita hingga menjadi terbiasa. 

Memang banyak kita temui, saya pun juga mengalami, setelah menerima pembelajaran dari sekolah atau pun pelatihan-pelatihan, saat berlangsung semua pengetahuan ada dibenak kita, dan semangat membara pun ada dalam jiwa kita, bahwa kita mengetahui suatu ilmu baru. Namun apakah berguna jika kita tidak mampu menerapkannya, jika kita mampu menindaklanjutinya. 

Kita sebagai manusia memiliki keterbatasan baik waktu, tindakan, pengetahuan dan hal lainnya. Sebut saja keterbatasan dalam mengingat, orang yang sekedar mendengarkan hanya mampu mengingat sekitar 50% dari yang mereka dengar, sehari kemudian mereka akan melupakannya sekitar 50%. Dan di akhir bulan hanya mampu mengingat kurang dari 5% materi yang didengarnya. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk mengatasinya. 

Saat kita belajar dibutuhkan sebuah catatan sebagai pengingat. Saat mendengarkan guru atau pun pelatih diutamakan mencatat point-point penting yang mereka ajarkan. Catatan adalah sebagai pengingat kita saat kita lupa. Hal ini bisa diterapkan tidak hanya di sekolah namun dalam lingkungan pekerjaan sangat membantu terutama saat menuliskan point-point penting meeting atau pun saat akan melakukan pekerjaan apa yang harus dikerjakan saat ini.

Ada tiga penyebab orang tidak belajar dan tidak mulai menerapkan apa yang mereka ketahui, yaitu :
1. Kelebihan informasi, hal ini bisa dibilang overdosis pengetahuan. Dapat diatasi dengan menerima/memberi informasi sedikit demi sedikit namun sering sehingga mudah diterima dan dipahami.
2. Sistem penyaringan negatif, hal ini adalah sikap negatif yang akan menghalangi kemajuan. Sikap ini sulit untuk diubah. Untuk itu dengarkanlah dengan pola pikir positif, harapan positif, dan terbuka terhadap hal-hal baru tanpa prasangka dan praduga.
3. Tidak ada tindak lanjut. Sekedar tahu dan ingin tahu, tidak akan mampu mengubah dan menerapkan apa yang kita ketahui. Untuk itu diperlukan motivasi belajar melakukannya dan memiliki rencana atas apa yang kita pelajari. 

Dari ketiga hal di atas ada satu kunci yang dapat mengatasi jurang pemisah antara mengetahui dan tindakan yaitu "PENGULANGAN - PENGULANGAN - PENGULANGAN". Apa-apa yang kita pelajari dan kita ketahui, selalu kita ulang, ulang dan ulang sehingga kita sering melakukannya dan menjadi terbiasa. Dan selanjutnya, kita pun mampu berbagi dan memberikan ilmu kita kepada orang lain sebagai bentuk dari tindak lanjut dan pengulangan yang kita pelajari.

Jadi Know Can Do...hilangkan jurang pemisah antara pengetahuan dan tindakan, antara apa yang diketahui dengan apa yang dilakukan melalui pengulangan.

Semoga bermanfaat :)

by MEYF




"HALF FULL - HALF EMPTY"

Friday, August 22, 2014 Add Comment
When I was enjoying sitting in a room while seeing a glass that was filled half of water, then I remember about four years ago, I read a book without boring more than once times. This book is “Half Full – Half Empty” was written by Parlindungan Marpaung. And, now I try to share what I have got from this great book.

What do we think if we see the second glass above? What is our conclusion? Will we think a glass is half full, or half empty or other opinion? It depends on how we view this situation, and surely we have different view with other. Maybe they will say that a glass is half full of water, and other will say a glass is half empty or a glass is full with water and air. All of this opinion is no mistakes.

If we throw water out, then what will we see from a glass? Maybe we will think a glass is empty or a glass is full with air. There is no mistakes opinion as well, but if we can view from other side, this connects with how we view for something that we face or we get.
If we say that full means positif thinking and empty means negative thinking, this both will be useful if we can make it balance in a condition. For example, when we plan a business, we must be able to see a positive side if this business runs well. And, we cannot deny from negative side, there has the risk that we will get if we cannot be able to run this business well.

Our life will be qualified depend on how we view and understand about things that we face. This is not a secret that we can deny to face more bad event that we don't want it will happen to us. And, it is natural that we will respond negatively the first time, but we must be able to press it with positively. Then, we can accept it well and even we can change it to be positive.

We were given mind and heart to think and life. Think more broadly by viewing at things from the viewpoint aspect will make us more powerful, intelligent and open-minded, so that we are able to put ourselves and develop ourselves according to ability. Then, we are able to encourage and develop our life positively.

In the view that a glass is empty means we view at things negatively, this is not appropriate if we keep this mind for a long time and even we influence other to same viewing with us. We must be able to fill an empty so it will be full. It means we must be able to change negative to be positive. It is bad if we still insist on our wrong opinion and we force to accept it. Sometime other will think negative to us that we didn't know anything. This related with how we appreciate at things, how to appreciate other people, how to appreciate our mind to be positive.


The quality of our work and our life depends on how we view about life. People who have a positive viewing on life is a person who is always doing more than required and have the character of an intelligent worker, and they will be able to recognize her competence and quality so that they know where they will evolve and success. How good if we are able to using mindset positively.

by MEYF

SETENGAH ISI SETENGAH KOSONG

Thursday, August 21, 2014 Add Comment
Saat saya duduk santai di ruangan sambil melihat sebuah gelas yang berisi air. Lalu teringat sebuah buku yang sudah pernah saya baca berulang-ulang sekitar empat tahun lalu yaitu “Setengah Isi Setengah Kosong”. Dan sekarang saya coba tulis kembali mengenai pelajaran apa yang ditulis oleh Parlindungan Marpaung. 


Menurut Anda jika melihat gelas kedua di atas, apa yang dapat Anda simpulkan? Apakah gelas tersebut berisi air setengahnya, atau kosong setengahnya atau ada hal lain? Semua tergantung cara pandang Anda yang berbeda antara satu dengan orang lainnya.

Mungkin saja ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi setengah air, dan ada yang bilang bahwa gelas tersebut kosong. Dan mungkin juga ada yang bilang bahwa gelas tersebut berisi penuh, yaitu setengah isi air dan setengahnya lagi berisi udara. Semua jawaban di atas adalah benar.

Kalau air dalam gelas tersebut dibuang semua, maka apa yang dapat lihat, apakah gelas itu berisi atau kosong. Nah mungkin ada yang berpendapat bahwa gelas itu adalah kosong dan ada juga yang berpendapat bahwa gelas tersebut berisi penuh dengan udara. Tidak ada yang salah dari kedua jawaban tersebut. Namun bila dilihat dari sisi lain, hal ini berkaitan dengan bagaimana cara pandang kita terhadap hal-hal yang kita temui atau kita hadapi.

Jika kita anggap bahwa berisi adalah cara pandang positif dan kosong adalah cara pandang negatif. Namun keduanya akan berguna jika kita mampu menyeimbangkannya. Seperti saat kita merancang sebuah bisnis, kita harus mampu melihat sisi positif jika bisnis tersebut dijalankan, namun kita tidak bisa menghindar dari sisi negatif yang akan terjadi yaitu resiko jika kita gagal dalam menjalankan bisnis tersebut.

Kualitas hidup kita akan berkaitan dengan cara pandang kita dalam memaknai hidup  dan hal-hal yang kita jumpai. Sudah rahasia umum bahwa hidup akan banyak menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan hal alami bahwa pikiran negatiflah yang pertama kali muncul dalam menanggapinya. Namun kita harus mampu menekannya dengan pikiran positif, sehingga apa yang kita temui tersebut dapat diterima atau pun dirobah menjadi baik dengan cara yang baik.

Kita diberi akal dan hati untuk berpikir dan hidup dengan positif. Berpikir lebih luas dengan cara melihat sesuatu dari berbagai aspek sudut pandang akan membuat kita lebih hebat, cerdas, dan terbuka, sehingga kita mampu menempatkan diri kita dan mengembangkan diri kita sesuai kemampuan. Kita pun akan mampu memotivasi dan menjadikan diri kita positif untuk menjalani hidup.

Dalam pandangan bahwa gelas berisi kosong berarti kita memandang negatif terhadap suatu hal, namun jangan sampai berlarut-larut hingga kita pun ikut mempengaruhi orang lain. Kita harus mampu mengisi kekosongan tersebut agar terisi penuh, berarti kita harus mampu melihat dari sisi positif hal yang sebelumnya kita anggap negatif. Alangkah buruknya jika kita masih bersikeras dengan pendapat kita yang sudah jelas salah, dan berusaha membenarkannya. Sehingga kadang orang pun beranggapan negatif bahwa kita tidak tahu apa-apa (sok tahu). Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana kita menghargai sesuatu hal, menghargai orang lain, menghargai pikiran dan akal kita untuk melihat positif.

Kualitas kerja kita, kualitas hidup kita tergantung bagaimana cara pandang kita dalam kehidupan. Orang yang memiliki cara pandang hidup positif adalah orang yang selalu melakukan lebih dari yang diminta dan memiliki watak pekerja yang cerdas, dan dia akan mampu mengenali kompetensi dan kualitas dirinya sehingga tahu dimana akan berkembang.

Begitu indahnya jika kita mampu memanfaatkan nikmat akal kita kepada hal-hal positif dengan cara pandang positif.

By MEYF



~ DECIDE TO PRORITY OF WORK ~

Monday, July 14, 2014 Add Comment
Now I share a bit my experience in work field. We realize that more obstacles that we face in the work field. There are more reactions, they can stand and survive or they cannot stand and survive even give up because they don't feel comfortable with uncertain condition at work field. When you face overload of work in your office, may you shock and confuse which one is the first time to do. In this case, we should make scale of work priority.

When we make work priority, we should consider both in term urgency, important, ability, knowledge and needs or other factors affecting the work. There are four scale of work priority that we will be done base on urgency and important the work.
  1. Priority 1 : There has high urgency and high importance of work, we must finish
    this work first and not delay. We select the work base on time between when it was entry and when it must be submitted (deadline). If there has a short time, then it includes in this priority.
  2. Priority 2 : There has low urgency and high importance of work, we should review or reschedule the work, then we finish it in productive time until it becomes high priority.
  3. Priority 3 : There has high urgency, but low importance of work, we should plan this work first. Usually it comes from other department or other client. We can reject if it disturbs the main work and our productivity.
  4. Priority 4 : There has low urgency and low importance of work. We should do in the last priority after three priority before finished. Even we can deny or reject and wait until we have the right time to do.
My experience in Human Resource while I worked at industry, when an employee got an accident, then HR team must do its job at that time to bring an employee go to hospital, even HR do first aid to help that employee. Don't forget call hospital first and after employee enter a hospital, we should prepare what hospital needs, such as employee ID card, a covering letter for hospital, etc. After that, HR and relevant department should prepare replacements employee for no occurs missing productivity. This case includes in priority 1.

Making overtime report, claim and benefit report, incentives report or all about financial that employee receive in salary, this work is high importance, but it has periodically to be urgent. Then, we can reschedule and review this work until it becomes high urgency. This case includes in priority 2.

When other department ask a HR member of team to give list of employee data whose relevant with them. This work has high priority because they ask and need at that time, even they want to get it directly, but it is not important for us. If this work disturbs our productivity and our main work, we can reject or delay it until we finish the main work. This case includes in priority 3.

In the weekend, our partner ask to join for dinner and recreation. This work has low urgency and low importance. If we must do overtime and we have other importance work, so we can reject or wait until the right time. Even we can avoid this work. This case includes in priority 4.

There are some steps to decide work priority :
  1. Creating all the list of work at that day. Specify when the work was entry and when the work must be submitted, it needs a short time or long time of deadline.
  2. Consider our knowledge about the work, we have skill or not to finish the work, or we must begin to learn it, then it needs a long time to do.
  3. Consider our ability to finish the work, we understand or not about the work,  it will relate to error and missing of work affecting our productivity.
  4. Consult and discuss with our boss or clients relevant with the work.
  5. Give point close to zero if it has low priority and point close to 10 if it has high priority.
  6. Then to give good result, we map the priority of the work into the work table, as follows :

We should know our ability and our knowledge about the work, and to make priority is depend on us and the habit on doing the work. And, if we confuse, should consult and discuss with them. If we can do it all properly, we will satisfied for what we have done and our customer will be satisfied about the result.
Hope this article is useful.

By MEYF

^_^

~ MENENTUKAN PRIORITAS PEKERJAAN ~

Monday, July 14, 2014 1 Comment
Sedikit berbagi pengalaman saya dalam dunia kerja. Dalam dunia kerja banyak tantangan yang harus kita hadapi dan kita jalani. Ada yang mampu bertahan dan ada yang menyerah karena tidak merasa nyaman dengan kondisi kerja yang tidak menentu. Saat Anda dihadapi dengan kondisi dimana pekerjaan yang datang kepada Anda melebihi dari biasanya, mungkin Anda kaget atau bingung mana pekerjaan yang dahulu harus dikerjakan. Dalam hal ini, ada baiknya kita menentukan skala prioritas dari pekerjaan tersebut.

Dalam penentuan skala prioritas pekerjaan perlu adanya pertimbangan-pertimbangan baik dari segi urgenitas, kepentingan, kemampuan, wawasan dan kebutuhan atau faktor lain yang mempengruhi pekerjaan tersebut. Terdapat empat skala prioritas pekerjaan yang harus diselesaikan berdasarkan tingkat mendesak (urgent) dan kepentingan (important) dari pekerjaan tersebut, yaitu :
  1. Prioritas 1 : pekerjaan yang memiliki tingkat urgent tinggi dan tingkat kepentingan tinggi, maka pekerjaan ini haruslah diselesaikan pertama kali. Seleksi berdasarkan jarak waktu antara kapan tugas masuk dan kapan harus diserahkan, jika jarak waktunya pendek maka pekerjaan tersebut termasuk pada skala prioritas ini. Jangan pernah menunda pekerjaan dan harus lakukan saat ini.
  2. Prioritas 2 : pekerjaan yang memiliki tingkat urgent rendah namun tingkat kepentingan tinggi, maka ada baiknya kita mereview atau menjadwalkan kembali agar dapat dilakukan pada waktu yang produktif hingga pekerjaan ini menjadi mendesak (urgent).
  3. Prioritas 3 : pekerjaan yang memiliki tingkat urgent tinggi namun tingkat kepentingan rendah, maka pekerjaan ini dapat direncanakan terlebih dahulu. Biasanya datang dari departemen atau pihak lain. Kita berhak menolaknya jika mengganggu produktifitas kerja kita.
  4. Prioritas 4 : pekerjaan yang memiliki tingkat urgent rendah dan tingkat kepentingan rendah, maka untuk pekerjaan pada skala ini ada baiknya kita melaksanakan diakhir setelah pekerjaan penting dan urgent lainnya dilaksanakan. Atau bahkan mungkin ada baiknya untuk dihindari dan menunggu hingga waktu yang tepat.
Sebagai contoh pengalaman saya dalam bidang human resources di industri, saat terjadi kecelakaan kerja pada karyawan, maka pada saat itu HR harus melakukan tugasnya untuk mengantarkan karyawan ke rumah sakit dan mengurus surat-surat penting yang dibutuhkan selama perawatan. Dalam hal pekerjaan, HR bersama departemen terkait harus mempersiapkan karyawan pengganti agar tidak terjadi miss produktifitas. Maka kategori ini termasuk pada prioritas1.

Report mengenai lemburan, tunjangan, insentif atau pun kewajiban yang harus dibayar karyawan pada saat penerimaan gaji merupakan hal yang penting namun prioritasnya hanya pada waktu tertentu. Maka pekerjaan ini bisa dijadwalkan kembali hingga mendekati hari H dimana pekerjaan ini menjadi sangat urgent. Maka kategori ini termasuk pada prioritas 2.

Departemen lain meminta Anda sebagai team HR untuk memberikan data karyawan departemen tersebut. Pekerjaan ini memiliki prioritas tinggi karena mereka meminta pada saat itu juga, namun bagi kita tidak begitu penting. Jika hal ini mengganggu produktifitas kerja, maka berhak untuk menolaknya atau menundanya hingga pekerjaan yang harus kita laksanakan saat itu selesai. Maka kategori ini termasuk pada prioritas 3.

Di akhir pekan anggota team mengajak kita untuk jalan-jalan sebagai refreshing. Hal ini termasuk pekerjaan yang tidak penting dan tidak urgent, jika kita diharuskan untuk lembur atau memiliki kepentingan lainnya, maka kita berhak menolak atau menunggu hingga waktu yang tepat. Atau bahkan pekerjaan ini pun bisa dihindari. Maka kategori ini termasuk pada prioritas 4.

Adapun beberapa langkah yang dilakukan sebelum menentukan prioritas pekerjaan adalah :
  1. Membuat semua list pekerjaan pada hari itu.
  2. Tentukan tanggal datang dan deadline dari pekerjaan tersebut, apakah lama atau tidak.
  3. Pertimbangkan mengenai pengetahuan kita mengenai pekerjaan tersebut, apakah mahir atau tidak, ataukah harus belajar dari awal atau hanya melakukan yang sudah terbiasa
  4. Pertimbangkan mengenai kemampuan kita dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut, apakah sudah memahami atau belum, karena akan berhubungan dengan tingkat error pekerjaan yang kita hasilkan.
  5. Konsultasi dan diskusi dengan atasan atau pihak yang terkait pekerjaan tersebut.
  6. Beri point mendekati 0 sebagai prioritas rendah dan point mendekati 10 sebagai prioritas tinggi.
  7. Selanjutnya agar memberikan hasil yang rapi, kita petakan prioritas kerja tersebut kedalam table kerja, seperti berikut:
Kita puas dengan apa yang kita kerjakan dan pelanggan pun puas dengan hasil yang kita kerjakan.
Semoga bermanfaat..

By MEYF
^_^


~ THE NEGATIVE EFFECT OF MULTITASKING ~

Sunday, July 13, 2014 Add Comment
The last article, I shared about multitasking. We discuss that what multitasking is, how multitasking is done and what the effect of multitasking to work, it is will be negative or positive effect. How lucky they are if they are able to do multitasking, then they can reduce working time without reduce their productivity of work. But if they are not able to do multitasking, this effect is negative to work such as wasting time and reduce productivity of work.

The first time, we may though that multitasking reduce our working time, but it is not always correct. We have limited ability and we need high concentration to do activity, then the effect that multitasking doesn't save working time, but it will wasting working time. Can you imagine when you have high concentration make report, you get calling from your client that force you to answer them. You need time until 20 minutes concentration to continue your work before. So, you waste your time about 20 minutes continue and finish your report.

When you are in a meeting with clients, suddenly you get message and you open it, although you interrupt meeting to read email for a minute, you will lose some topic in meeting. Even you ask your partner what meeting talking about. Surely it will disturb your partner concentration while meeting.

In a research by Joshua Rubinstein, Ph.D., David Meyer, Ph.D. and Jefrey Evans, Ph.D,  they said multitasking is obstacle for employees to have good productivity because of wasting time. Although our brain is greater than computer, but we only have limited ability to do work. Computer is able to do more activity and open different application in same time because it has been designed to do like that.

Multitasking is useful for simple or small activity such as watching television while eating, singing while do shower, etc. I have experience that I need high concentration while making salary report of employee, but suddenly my boss asked me to do other report that he thoughT that it is more important than salary report because of urgent. I left my first report and I made my boss's report. While doing that work, suddenly other department asked to give new report about productivity of employee because they would make incentive report for salary. Then, I should stop making two old report. And, can you imagine how can I get back to finish my old report, I need more time to get high concentration to avoid from error. Here is wasting time again and even low productivity if I did error. Only positive thinking that made me survive with this activity. I thought this is challenging for me in work field and I should pass it properly and give good performance for company.

If we face this condition every day in working, it can give negative effect for our productivity and even for our healthy. It can reduce our productivity, wasting time and even we always make the repeated error or mistakes. We will break our healthy and we get depression because of work.

From any source that I read, here is some tips to avoid multitasking:
  1. While we are reading and making report, we should far from internet connection or social media that is not related to our work.
  2. We shouldn't eat in work table because it can break our mind to get rest, we will remember about our duty and even we will stop for eating and continue to work.
  3. Every day, we must make daily list job and give sign which one is high priority and which one is not to finish it.
  4. We must focus and do on high priority of work.
  5. We should get rested for 15 minutes in the morning or in the evening.
  6. We must use tools or application that can help easy to work.

If we are not usual to multitasking, so leave it and focus on some work and avoid for something that can disturb our concentration. We start from high priority of work then continue to the next priority.

Hope this article is useful for us.


By MEYF

^_^